• Home
  • About
  • Topik Bacaan
    • Home Education
    • Melangkah Kata
    • Personal Story
    • Pojok Buku Bacaan
  • Sitemap
facebook google twitter tumblr instagram linkedin

Saraah Megha

Ngeblog? Salah satu aktivitas yang menjadi wadah menulisku. Awalnya aku cukup menggebu untuk menulis dan terbit mayor, yap sangat menggebu.

Namun, lambat laun pelan-pelan ambisi untuk terbit mayor mulai surut. Menyadari bahwa menulis tak hanya kutarget terbit mayor, namun menulis menjadi salah satu bagian dari aktivitasku.

Selain menjadi aktivitas, aku menyadari bahwa menulis adalah bagian dari mengamalkan dan menyebarkan ilmu. Selain itu, bagiku menulis adalah proses menjaga ingatanku.

Beberapa waktu lalu aku memutuskan untuk berjebur basah untuk belajar di dunia blogging. Dua komunitas dan satu coaching kuikuti, dengan harapan renjana blogger ini tetap menyala.

Layaknya mendapat mainan baru, ghirohnya masih membuncah, dan terkadang ini malah menjadi boomerang yang mematikan, yap kelelahan di awal dan membuat terengah-engah atau bahkan jenuh di tengah jalan.

Bagaimana denganku?
Emm sepertinya mengalami hal yang serupa, kelelahan di awal, dan sedikit terengah-engah di tengah jalan, oohh bukan bisa jadi ini masih di awal jalan.

Apasih efeknya lelah di tengah jalan? Yap efeknya adalah males ngeblog, salah satu penyakit yang harusnya bila tunas ini merayap tumbuh, harus segera di tebas habis.

Aku juga mengalami hal serupa, males ngeblog. Kenapa? Ada banyak hal yang mempengaruhi, yaitu:
  1. Banyak informasi yang ingin di tulis. Aku ini salah satu pribadi yang suka belajar, untuk saat ini aku sangat menyukai parenting, kesehatan, dunia bermain anak dan tentu saja berliterasi. Hal itu membuatku antusias untuk ikut banyak workshop atau webinar, yang otomotis membuat bahan menulisku juga. Namun nyatanya malah menjadi beban tersendiri, dasar aku!
  2. Nunggu moment yang tepat misal pas jadwal blogwalking yang lalu berakhir semangat nulisnya dah ilang
  3. Sok sibuk dengan kerjaan lainnya
  4. Keasyikan nonton film, maen sosmed
  5. Agak perfeksionis
  6. Meras minder dengan tulisan
  7. Banyak pertimbangan lainnya
Kemudian setelah melalui beberapa hal, aku mencoba untuk membuat kandang waktu, tak hanya untuk aktivitas ngeblog tapi aktivitas lainnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No Comments

Tamiya legend

Glimpse of us, tapi bukan tentang yang sedang viral ya, namun sekilas tentang era 90 an yang pernah kita lalui, era yang asyik dan penuh warna-warni dan menempati sudut memory khusus dalam hati.

Beberapa waktu lalu, kami sekeluarga mengunjungi rumah salah satu teman satu komunitas Muslimpreneur di Kota Semarang.

Sedikit kilas balik, aku mengenal suami istri ini sejak aku masih gadis, dua tahun sebelum berumah tangga. Saat itu aku sedang sangat bersemangat mencari jejaring komunitas menjadi muslimah preneurship (hahaha bahasa apaa ini). Lalu aku bertemu pasangan ini tepat di depan pintu minimarket, dan dari sanalah pertemanan kami terjalin sampai sekarang.

Terbilang sudah hampir dua tahun aku tak bertandang ke rumah Mbak Zu, terakhir saat hamil anak keduaku yang lalu pandemik menghantam Indonesia.

Nostalgia

Kami disambut baik, meski saat itu Mbak Zu sedang tidak enak badan. Anak-anak langsung nyaman karena ada tiga anak kucing yang lucu-lucu ma syaa Allah.

Belum sampai disitu, anak-anak mendapat satu keranjang mainan yang membuat kedua pasang kakak beradik ini antusias.

Tak hanya anak-anakku, akupun ikut antusias, kenapa? Karena Mbak Zu masih memiliki mainan-mainan zaman dahulu yang sukses memantik nostalgiaku.

Cung, siapa yang rindu era 90an? Aku iya, dan kami banyak bercerita tentang keseruan di zaman itu.

Apa saja sih yang membuat rindu era itu?


Program Televisi


Lagi-lagi sebuah kilas balik, jika ditanya apa yang diingat dari era 90an? Maka yang terbayang pertama kali adalah film animasi Sailormoon atau live action ksatria baja hitam hahaha, bahkan nama sailormoon masih kupakai untuk grup para sahabatku semasa kuliah, yap sangat membekas.

Pada era itu, televisi menghadirkan banyak variasi acara, dan sangat memanjakan anak-anak.

Coba kita ingat-ingat kembali di hari ahad, di mana menjadi hari mager sedunia mungkin.
Film anak-anak

Saat masih kecil aku termasuk anak yang menanti hari ahad sejak subuh, bisa dibilang sejak subuh aku sudah antri menonton televisi, ada baby hui, serial disney, pokemon, cardcaptor sakura, dragon ball, emm apa lagi ya?

Bisa dibantu di kolom komentar ya hahaha.

Mainan


Tak hanya program televisi, beberapa mainan pada era tersebut juga terbilang memberi kesan tersendiri.

Saat bermain di rumah Mbak Zu, Ghaaziy si putra sulungku langsung antusias kala melihat mainan terjun payung, masih ingat mainan ini?

Yap mainan yang dibuat dari plastik yang dijadikan seperti parasut yang lalu cara memainkannya adalah dilempar keangkasa, lalu parasut akan terbuka terkena angin, dan akan turun secara pelan-pelan.


Mainan era 90an


Aku cukup antusias, selain itu kami menemukan gameboard air.

Pasti tak asing dengan mainan ini, sebuah game yang ada kalanya membuat jengkel karena cincin-cincinnya tak mau masuk ke dalam tempatnya.

Oke ada lagi? Mainan gasingan? Atau mainan "bongkar pasang". Yap mainan ini dahulu sangat legend di eraku, aku rela merogoh uang sakuku untuk membeli mainan ini, mengoleksinya karena baju-bajunya yang cantik, dan sedikit cerita dari baju-baju bongkar pasang tersebut seringnya menjadi inspirasi baju lebaranku.

Kok bisa?

Biidznillah Mamaku salah seorang wanita yang cukup jago untuk jahit menjahit, aku sering menyodorkan model baju dan Mamaku akan mengeksekusi menjahitkannya. Sejujurnya itulah yang menjadi pematik utamaku untuk belajar menjahit kembali, membuat baju-baju gemas untuk anak perempuanku.

Mainan apa lagi yang membuat kita rindu di era 90an? Bisa banget ditulis di kolom komentar yaa.

Musiknya

Yap salah satu yang kuingat juga di era ini adalah banyaknya pilihan musik anak-anak dengan lirik yang kalau disimak lagi memang khas anak-anak dan mengedukasi, simak saja ada trio kewk kwek, Meisy cilukba, Cikita Meydi, Eno Lerian "Kamu makannya apaa? Tempeee", atau diobok-oboknya Joshua.

Emm ada lagi gak ya?

Sebenarnya jika terus diberi waktu mengingat-ingat, pasti tak ada habisan bercerita tentang generasi 90an ini, ada banyak kisah dan cerita yang akan menjadi kenangan manis, baik untuk kalian ataupun untukku.


Share
Tweet
Pin
Share
28 Comments

 


tongkol-suwir
Karena terlalu berharap pada manusia akan berbuah kecewa

Kecewa, kata yang mungkin sering terdengar bagi insan-insan yang masih menggantungkan harapan pada manusia. Bisa dibilang kecewa adalah buah dari akar terlalu dalamnya bergantung pada manusia.

Rasa kecewa yang ada kalanya langsung di judge “Kok Allah gak ngabulin permintaanku ya”, padahal bisa jadi Allah memang sedang menyimpan doa tersebut sampai pada waktu yang tepat, atau Allah memang tak mengabulkan doa tersebut karena ada hal yang lebih baik yang akan Allah berikan.

Tak hanya itu saja, kecewa karena berharap pada makhluk-Nya juga membuahkan rasa kecewa. “Loh dia kok gituin aku ya, padahal aku sudah loyal dengannya” yap seperti itulah hati manusia.

Barangkali sabda Nabi Muhammad ini dapat menjawab salah satu alasannya:

Sungguh, hati anak Adam itu lebih mudah terbolak-balik daripada air yang mendidih dalam bejana. (HR. Ahmad dan ath-Thabrani)

Hati manusia amat mudah berubah dan terbolak-balik. Kadang ia peduli, kadang juga ia tidak berperasaan. Dalam Riwayat yang lain bahkan Nabi mengatakan bahwa hati manusia lebih cepat terbolak-balik dari pada cepatnya gejolak air yang mendidih. Maka sudah dapat dipastikan menyandarkan harapan pada sesuatu yang mudah dan cepat terbolak-balik sangat mudah berakhir pada kekecewaan.

Aku adalah salah seorang yang “Bila pagiku baik, maka seharian in syaa Allah akan baik, dan apabila mood pagiku buruk, butuh tenaga ekstra untuk memulihkannya.” Sebuah definisi mood baik di pagi adalah baterai tersendiri.

Itulah sebabnya aku mencoba untuk menjaga waktu pagiku, namun tidak pada suatu pagi. Tiba-tiba saat bangun, entah bagaimana aku langsung mencari gawaiku dan membuka pesan whatsapp yang cukup random.

Lalu...

Qodarulloh sebuah berita tak mengenakkan pagiku, si mungil kecewa bangun, dan membuat pagiku cukup terusik. Tak sampai di situ, saat aku mencoba mengusik rasa kecewaku dengan menulis tugas blog plus membuat copy writing untuk calon website Nyala Frasa, yang sudah sampai berhalaman-halaman, harus mendadak hilang karena kutinggal ke kamar mandi sebentar, dan terclose oleh anak sulungku dan apesnya belum ku save.

Ahh lelah.

Window Shoping

Oke baiklah sepertinya aku butuh sendiri untuk kompromi menidurkan si rasa kecewa ini, akhirnya memutuskan masuk ke kamar dan memilih untuk window shoping di marketplace.

Tentu saja syaitan menggodaku untuk chek out barang, dengan bisikan-bisikan “mumpung diskon gratis ongkir lho” dan sukses membuatku menghela napas karena harusnya uang tersebut buat beli yang lain. Aduuh.

Mungkin aku harus mencari cara lain, qodarulloh suamiku sedang dinas keluar kota dan baru pulang sore ini, beliau salah seorang yang biasanya menjadi penetral energi negatifku.
 

Mendengarkan Kajian

Oke yang ini mungkin akan ada yang komentar “kenapa gak yang pertama saja, sebelum window shoping?” dan jawabanku, entahlah terkadang moodnya seperti tersistematis seperti itu bagi diriku haha.

Oke lanjut, untuk mendengar kajian ini mungkin ada kaitannya dengan “bila kita mengingat Allah di saat lapang maka Allah akan mengingat kita di waktu sempit” fokus ke isi kajian yang kalau pas lagi dalam kondisi ini biasanya aku menyetel secara random, dan qodarulloh biidznillah biasanya pas banget isinya, yap qodarulloh.

Ada kalanya energi gak enaknya itu langsung hilang, dan ada kalanya masih ada sisanya. Bila masih ada biasanya ke step selanjutnya yaitu yok bergerak, kita harus halau si rasa kecewa, yok hajar!
 

Berbenah rumah

Salah satu cara efektif menghalau rasa kecewaku adalah dengan berbenah rumah, terbilang aku bukanlah orang yang rapi sangat, namun dengan beberes rumah (baca: mencuci piring, membersihkan wastafel cuci piring, mengelap kompor, menyapu, mengepel sampai menggunting rumput membersihkan pekarangan) bisa jadi pelepas energi negatif.

Usai melakukan beberes rumah, tak lupa mengecek kembali pewangi ruangan supaya harum juga mampu mengurangi rasa kecewa.
 

Makan enak

Biasanya setelah bebenah rumah, biasanya perut menjadi lapar, dan kalau mood sudah mulai agak enakan biasanya hasilnya makannya enak. Berhubung pagi tadi belum masak, aku memilih yang simpel saja, yaitu memesan makanan ke temanku.

Temanku ini memiliki bisnis aneka sambal @dapurumma. Aku mengenalnya saat matrikulasi di Ibu Profesional Semarang, yang qodarulloh beliau ini menjadi sponsor di salah satu acara Ramadan dan aku menjadi panitianya.

Kemudian di akhir acara ternyata aku mendapat voucher untuk produknya, dan siapa sangka aku menjadi salah satu langganan produk “Tongkol suwir pedas Bu Haji”
 

Review tongkol suwir


tongkol-suwir
Tongkol Suwir Bu Haji enaak

Tagline dari tongkol suwir ini adalah " LAUK PRAKTIS, MAKNYUS RASANYA".

Bahan utamanya adalah tongkol asap suwir, ditumis dengan bumbu-bumbu pilihan. Tongkol suwir ini terdiri dari tiga level, pedas maknyus, setengah pedas, dan tidak pedas sama sekali.

Biasanya setelah sampai langsung kupanaskan dan ditumis sebentar supaya hangat.

Bagaimana rasanya? Tentu saja enak, kalau tak enak bagaimana mungkin aku repeat order haha.

tongkol-enak
Yok Makan, biar Bakoh

Rasanya mengingatkanku dengan salah satu tempat makan, emmm bukan lebih tepatnya seperti warung makan semasa aku kuliah, ada sebuah warung makan yang menjual tongkol suwir seperti ini.

Jujur saja cukup membuat rindu, karena aku pribadi beberapa kali mencoba membuat selalu ada saja bagian yang kurang pas di lidah, dan bahagianya saat aku menemukan tongkol suwir kemasan ini.

Aroma rempahnya terbilang terasa namun bukan yang strong sekali, pas sehingga membuat amis dari tongkol tak begitu kental.

Tongkol suwir ini bisa dipesan di teman saya, bisa follow akun @dapurumma dan bisa langsung chat link di sana ya, selain tongkol suwir ada pula aneka sambal yang menggugah selera, dan makanan frozen lainnya.

Yap barangkali dengan makan enak bisa menina bobokan energi negatif rasa kecewa, hati-hati timbangan bergeser ke arah kanan yaa, selamat mencobaaa.
Share
Tweet
Pin
Share
1 Comments

thrift
Jejeran Pakaian Thrift

Thrift, apa sih yang langsung ada dibenak kalian ketika mendengar kata thrift? 

Aku pribadi saat pertama mendengar kata tersebut hanya diam dan segera ambil gawai langsung browsing, alias gak tahu haha.

Namun, saat ada yang menyebut “awul-awul” aku akan segera mengatakan ooooooooo.

Meski memang tak bisa disamakan, antara pengertian thrift dan awul-awul ini, namun sama-sama menjual barang “bekas”. 

Akan tetapi ada pula yang mengatakan kalau thrift berbeda dengan baju preloved.

Oke sedikit kisah tentang perjalanku menemukan thrift ini.

Suatu pagi aku menemukan salah satu postingan dari akun dakwah. Mengingatkan sebaiknya memakai pakaian sopan meski di dalam rumah, terlebih bila kita memiliki anak laki-laki. 

Postingan itupun mendapat “anggukan seiya” suamiku, yang sepertinya kala itu sedang berusaha untuk berdialog secara hati-hati supaya aku tak tersinggung, mengingat kebiasaanku di rumah hanya memakai celana pendek yang kadang hotpan dan kaos pendek (atau kaos gomrong suami haha)

Bersyukur, saat itu aku yang membuka obrolan terlebih dahulu, kemudian berlanjut dengan mencoba mengumpulkan pakaian-pakaian apik sopanku, yang dahulu sempat kusimpan karena memilih memakai daster saja pasca melahirkan.

Namun, bagian paling sedihnya adalah...

Sudah gak muat, sad.

Qodarulloh, apakah memang takdir Allah atau memang algoritma instagram, aku menemukan salah satu akun seorang perempuan yang pandai memadu padankan pakaian, dari rok dan atasan. 

Karena dilantas apik olehku dan sepertinya aku suka stylenya, berlanjut dengan “kepokepi” akun tersebut dari atas sampai bawah.

Apik, batinku.

Lalu, algoritma instagram mengantarkanku pada salah satu reel jualan pakaian-pakaian nuansa korea. 

Antara simpel dan shabby lucu, dengan aneka sweater dan model yang menggemaskan.

Aku masih penasaran, dan berharap menemukan toko yang menjual barang serupa, kucek bagian tagar, yang ternyata tersemat #thrift. Oke rasa kepoku makin membuncah.

Singkat cerita aku menemukan salah satu toko yang berlokasi dekat dengan rumahku, sebenarnya sudah ada satu tahun terakhir ini dengan tulisan “pakaian start 10.000”. 

Sebagai ibu-ibu dengan jiwa bagaimana mendapatkan baju banyak dengan uang 100.000 pun meronta-ronta.

Namun sayang, seringnya toko tersebut dalam keadaan tutup, barulah aku tahu kalau sistem jualan mereka melalui live tiktok.

Aku segera meluncur ke akun tiktok mereka karena penasaran, dan terpampang di bio mereka aneka thrift korea. Baik.

Ada apa dengan thrift? Aku segera browsing dan mencari tahu, ternyata thrift ini memang bisnis yang sedang menjadi primadona bagi kalanagan anak muda.

Aku segera flashback dibeberapa tahun lalu saat masih belia, senada saat itu sedang hits awul-awul. 

Di Kota Semarang sendiri, tiap hari ahad di simpang lima akan ada banyak tenda-tenda yang menjual awul-awul, dahulu bagiku itu adalah harta karun tersendiri.

Puas rasanya menemukan “Hidden gems” dengan harga hanya goceng. Bagi mahasiswa sepertiku kala itu cukup lumayan lah. 
awul-awul
awul-awul Semarang

Meski masih ada imej “hhaaa awul-awul? Baju bekas dong” tapi tetap saja banyak peminatnya.

Awul-awul zamanku dulu memang memiliki imej kumuh dan bau. 

Lokasi tenda awul-awul malah beberapa ada genangan air di tengah-tengah tenda, namun percayalah banyak pakaian dengan model unik-unik di sana.

Kemudian saat melihat thrift ini aku merasakan kemiripan namun sensasi yang berbeda.

Apa yang berbeda? Simak ya.

Fenomena Thrift

Barang yang dijual antara thrift dan awul-awul terbilang hampir mirip, karena aku lebih tertarik dengan baju jadi kubilang baju bekas. 

Baik itu baju sisa produksi atau baju yang memang sudah tak terpakai.

Lantas, darimana asalnya? Dilansir dari berbagai sumber baju thrift atau bekas berasal dari Amerika, China, Jepang, Korea, dan beberapa negara lainnya. 

Baju-baju ini diimpor dalam jumlah yang begitu besar. Tidak hanya baju, mulai dari jaket, hoodie, celana panjang dan pendek, sepatu, sandal, topi, hingga bra juga tersedia.

Thrift sebenarnya adalah sampah pakaian dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. 

Jadi bisa dikatakan bahwa Indonesia menjadi tempat sampah dari pakaian luar negeri. Namun, ternyata ini menjadi peluang bisnis tersendiri bagi sebagian orang.


Thrift menjadi primadona, karena dengan harga murah kita bisa memiliki style ala korea, namun disatu sisi aku membaca salah satu artikel bahwa thrift ini berpotensi merugikan negara atau mematikan bisnis start up pakaian lokal.

thrift-online
sumber: instagram @shellwethrift
Adapula yang beropini bahwa thrift ini adalah solusi dari mengurangi limbah pakaian.
  

Sistem beli yang berbeda

Sedikit pengalaman saat aku berbelanja pakaian thrift ini melalui salah satu toko pakaian yang jaraknya hanya “lima langkah dari rumah” (baca: dekat).

Sistem yang mereka tawarkan dengan cara live shop via tiktok,dimulai dari jam 7 pagi sampai 10 malam, coba bayangkan live bicara dari jam 7-10, ya meski dibagi menjadi tiga host, tetap saja menurutku cukup wow.

Jika tak salah ingat ada jadwal host nya dan barang yang dijual, kalau toko yang dekat rumahku ini, live jam 7 pagi sampai 2 siang menawarkan baju blouse  dan baju-baju model korea.

Lalu dilanjut dari jam 2 siang sampai 10 malam live cardigan dan outer yang kadangkala dibagi menjadi dua host, sehingga dalam satu hari live ada tiga host nonstop bergantian. 

Oke lanjut.

Host akan mereview satu-satu pakaian, dari bahan ukuran lingkar dada sampai panjang, dan juga akan mengatakan jika barang tersebut bermerek atau bukan. 

Harga yang ditawarkan bervariasi, dari lima ribu rupiah, atau bahkan pernah sampai 65 ribu rupiah kalau tak salah menyimak.

Host akan memberikan clue pakaian misal untuk pakaian A dengan review begini dan begitu lalu dijual dengan harga 15 ribu maka cluenya 1515, para penonton (kemudian baca:para thrifter) live tiktok yang berminat dengan pakaian tersebut akan war cepat-cepatan untuk mengetik clue dan host akan mencari yang tercepat sesuai clue nya.

Setelah dipilih oleh host kemudian para thrifter yang menulis clue tersebut di kolom live akan diminta screenshoot pakaian tersebut dan segera chat admin untuk direkap.

Belum selesai.

Usai chat admin, para thrifter akan diberi kesempatan ikut live tiktok sampai maksimal 3 item pakaian yang kemudian akan diingatkan oleh admin untuk chek out.

Saat itu aku membeli tiga baju dengan harga 50.000, yang kemudian aku mendapat link dari admin untuk segera chek out via tiktok. 

Saat itu aku mendapat promo dari tiktok (mungkin karena baru pertama memakai fitur belanja dari tiktok hahaha) sehingga aku hanya membayar 39 ribu dan gratis ongkir.

Sedikit informasi, awalnya aku mengira aku bisa mengambil langsung ke toko tersebut, ternyata tidak. 

Aku harus menunggu terlebih dahulu karena ternyata dikirim melalui kurir.

Bayangkan padahal toko hanya berjarak “lima langkah dari rumah” hahahaha, dan aku harus bersabar menunggu dua hari paket itu berputar dibawa kurir ekspedisi.

Usai pakaian sampai, aku menemukan sensasi yang berbeda, pakaian thrift tersebut memang dikemas dengan baik, dan harum semerbak.

Usai hunting pertama di toko Semarang, aku masih penasaran dan menemukan Thrift via Instagram, berbeda dengan yang pertama. Para pemburu langsung diberi katalog instagram, dan informasi detail serta informasi jika barang ready atau sudah dikeep orang lain. 

Sumber: instagram @owelthrift.shop

Untuk harganya sendiri terbilang "lebih mahal" dibanding yang pertama, mungkin karena pakaian yang ditawarkan memang lebih "apik".

Kesan

Sebuah review jujur dari lubuk hati, “Ribet” hahaha, karena memang rasanya ribet. 

Sensasinya memang berbeda saat terjun langsung mencari “Hidden gems” di antara “slempitan-slempitan” baju di awul-awul, lebih taktis dan bisa memegang langsung barangnya.

Sedangkan untuk thrift ini, kita harus bersabar menyimak host membuka satu persatu review pakaiannya. 

Aku rasa cukup buang-buang waktu tapi ada rasa penasaran kalau terlewat hahaha.

Harga yang ditawarkan cukup berbeda, terbilang untuk thrift ini rata-rata dibanderol harga 35-65 untuk pakaian yang menurutku bagus. 

Sedangkan di awul-awul harga paling maksimal untuk baju yang benar-benar bagus dan bermerek di sekitar 25 ribu.

Meski begitu aku memaklumi kenapa ada selisih harga, selain menyewa tempat yang lebih bersih, pakaian-pakaian yang dijual pun melalui proses cuci setrika *sepertinya.

Kemudian ada lagi biaya untuk host dan live streaming setiap harinya. Jadi ya impas lah, ehh mungkin profit besar, dan sepertinya menjadi bisnis yang cukup menggiurkan.

Teringat salah satu mentor bisnis dalam acara sispreneur W20 yang kuikuti beberapa waktu lalu, beliau menjelaskan mengenai bisnisnya yaitu “mengemas dan membuat modern” jajanan jadul rambut nenek. 

Inovasi produk, dan aku menyimpulkan bahwa thrift ini adalah salah satu inovasi mengemas awul-awul menjadi lebih fancy dan modern.

Gimana? tertarik untuk mencoba? 


Share
Tweet
Pin
Share
43 Comments
kompos-buah
Kompos Buah

Hai. Mom blogger. Seiring dengan perjalanan waktu, seringnya Allah pertemukan kita dengan orang-orang baru yang akan mewarnai hidup di waktu-waktu berikutnya. Pada postingan kali ini, aku ingin bercerita tentang salah satu teman yang cukup mewarnai hidup di beberapa tahun terakhir ini, dan akhir-akhir ini cukup salah satu kegiatan yang membuatku tertarik dengan beliau adalah cerita mengompos yang mulai beliau sebarkan ilmunya.

Perkenalan  

Nama beliau Mbak Saras Hijrah, aku pertama kali bertemu dengannya dalam salah satu komunitas yang mana kami sama-sama satu regional Kota Semarang. Kami satu batch bersama. Saat itu, supaya lebih akrab, kami satu angkatan memutuskan untuk melakukan kopi darat atau saling sapa saling kenal member satu angkatan. Kala itu berlokasi di rumah Saras.

Pertama kali mengenal Mbak Saras secara fisik beliau mengingatkanku kepada Mamaku, memiliki wajah teduh dan keibuan sekali, padahal selisih umur kami terbilang tidak terlalu jauh, layaknya kakak dan adik.

Awalnya Mbak Saras ini adalah seorang Ibu yang bekerja yang aktif di ranah publik, namun di tahun 2018 beliau resign dari pekerjaannya. Namun, meski begitu semangat belajar Mbak Saras malah semakin membuncah, dan memberi manfaat ke banyak orang.
 

Mbak Saras dan Ibu Pembelajar

Mbak Saras memiliki branding sebagai “Ibu Pembelajar” branding ini cukup melekat kuat di dalam diri Mbak saras, hal ini yang membuatku bertanya apa makna branding tersebut? beliau dengan lugas menceritakan awal mula perubahan status dari Ibu ranah publik ke Ibu ranah domestik, ada banyak hal baru yang harus dipelajari, diadaptasi dan dikompromikan mengingat sebelumnya di jam delapan pagi sampai lima sore biasanya beliau masih di kantor.

Selain itu, ada banyak hal yang harus diadaptasi dan dipelajari seperti menejemen keuangan, yang biasanya mendapat gaji dan nafkah dari suami, dan sekarang harus pandai mengatur keuangan dari satu pintu keuangan, meski sejatinya perkara rezeki ini memang sudah ditakar Allah jauh di lauh mahfuz. Hal ini mendorong diri Mbak Saras untuk lebih berdaya, dan menahan diri dari segala godaan konsumtif yang menjurus boros dan mubadzir. Serta belajar memilih mana yang prioritas.

Selain belajar keuangan, Mbak Saras juga belajar bagaimana manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, menjadi Ibu ranah domestik memiliki waktu yang lebih “longgar” dan fleksibel daripada di kantor. Hal ini yang membuat beliau mencari peluang aktivitas yang berpahala dan mendulang amal yang bisa diraih. Tentu saja, sebelum beramal harus menjemput ilmu terlebih dahulu “ Sebelum Amal, Mesti Mengilmui terlebih dahulu” ungkap beliau.

Contoh yang paling simpel adalah, menyiapkan sarapan. Hal yang sederhana, namun dibaliknya ada ilmu yang harus ditanamkan dalam hati terlebih dahulu. Bagaimana membuat sarapan dengan kaya gizi, namun tidak boros waktu pagi, bagaimana strateginya. Lalu AHA beliau mulai mulai menerapkan Food Prepare, dan bangun lebih awal.

Memiliki branding dan mental “Ibu Pembelajar” pastilah tak mudah, ada banyak kisah di belakangnya, yang terkadang tidak kita ketahui, yang bisa saja hanya Mbak Saras dan Allah saja yang tahu. Namun, Mbak Saras bercerita bagaimana titik baliknya.

Bagi Mbak Saras titik balik ketika memutuskan menjadi Ibu Pembelajar adalah ketika berada di salah satu komunitas (Ibu Profesional), sejak menjadi bagian dari Ibu Profesional Mbak Saras mulai memakai istilah Ibu Pembangun Peradaban, dan Ibu Pembelajar.

Bagiku pribadi ketika Mbak Saras berkata demikian rasanya seperti kalimat afirmasi positif dan doa yang dikayuh setiap waktu, dan sepertinya ini menjadi salah satu hal yang bisa kucontoh.

Mbak Saras kemudian bercerita bahwa sebelum resign beliau juga sudah bertekad kuat meski menjadi seorang Ibu Rumah Tangga, beliau tetap berdaya, meamnfaatkan waktu dengan hal yang positif, tetap berdandan bersih di dalam rumahnya, dan kegiatan positif lainnya.

Beliau bercerita beberapa fenomena tentang “memandang sebelah mata Ibu Rumah Tangga” padahal menurutnya, Ibu Rumah Tangga salah satu karir yang mampu mengantarkan ke Jannah-Nya. Ma syaa Allah.

Menukil salah satu hadist:

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” 
(HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Salah satu hadist yang dipegang erat oleh Mbak Saras, yang membuatnya tetap berproses, terus belajar, sampai jatah umur beliau habis, imbuhnya.
 

Kegiatan akhir-akhir ini

Mbak Saras memiliki segudang aktivitas yang mendukung karir menuju Jannah-Nya, yaitu:
  1. Mengikuti kelas parenting: ikut PPOT di Sekolah Al Falah, dan kelas-kelas parenting online dan offline
  2. Kelas Memasak wag masak, kursus masak, trial and eror resep-resep dari cookpad
  3. Kelas online phonephotograf
  4. Kelas Zero waste : webinar para penggiat lingkungan
  5. Belajar membuat blog, sebagai rekam ilmu  

Ibu Pembelajar Minim Sampah

Ada hal yang menarik bagiku pribadi, beberapa waktu belakang Mbak Saras mulai memiliki nama dengan kata “kompos” terbukti di instagram beliau mulai marak menjadi salah satu pembicara yang membahas minim sampah atau zero waste. Ini menggelitik rasa ingin tahuku, dan mulai kutanyakan dengan beliau.

Mbak saras bercerita, bahwa untuk minim sampah, sebenarnya sudah diterapkan di keluarga Mbakj Saras jauh hari, terbilang cukup lama. Beliau berkisah saat awal belajar memasak, beliau melihat sisa kulit sayur, kuluit buah dan sisa konsumsi lainnya yang menumpuk. Adakalanya sisa-sisa tersebut langsung dibuang menjadi satu dan menimbulkan bau yang tak sedap, dan membuat hatinya gusar. Awalnya beliau masih sebatas menimbun sampah organik di taman kecil di depan rumahnya.

Kemudian dengan seiring waktu, dan istilah “Allah akan mempertemukan dengan orang-orang yang sefrekuensi” Mbak Saras mulai dipertemukan dengan kelas di mana memiliki ilmu yang terstrukstur untuk mengompos yang mulai dilakukan sejak Februari 2021, yang kemudian dilanjutkan dengan webinar yang dilaksanakan oleh bu DK Wardhani.

Sedikit info Bu DK Wardhani adalah salah satu pejuang less waste atau zero waste dengan melakukan 3ah, cegah, pisah, olah. Selain berguru kepada bu DK, Mbak Saras juga mengikuti webinar dari beberapa praktisi lingkungan lainnya.

Strong Why

Tentunya ketika memilih untuk menjadi keluarga yang mengusung konsep zero wastem Mbak Saras memiliki stronge why nya sendiri, beliu memberi nasehat yang langsung menancap di hati, dan sekaligus menjadi penutup dalam sesi ngobrol bersama Mbak saras kali ini.

“The strong why kenapa mau melakukan itu adalah karena tugas menjaga dan memakmurkan bumi adalah tugas seorang hamba yang beriman. Setiap hal perkataan, sikap perbuatan, akan dimintai pertanggungjawaban. Begitu juga dengan sampah yang kita hasilkan di rumah. Itu tanggung jawab kita juga.Toh bumi sudah memberi kita banyak hal, gantian donk kita ikut merawatnya.”

Kemudian ada lanjutannya

“Bumi gak minta ibu yang sempurna kok, hanya minta ibu yang mau berproses dan berprogress untuk bisa mengelola sampah sesuai kemampuan masing-masing”

Demikian salah satu profil teman yang menurutku sangat insightful bagiku dan mungkin bagi mom blogger lainya. Ada banyak hal yang bisa kupetik, meski kita sebagai Ibu Rumah Tangga, yakinlah itu salah satu karir yang luar biasa bila kita maknai dan lakukan dengan mengharap rida Allah. Ibu merupakan salah satu tonggak peradaban, ada kalanya dari hal yang sederhana dan sepele seperti sampah, kita bisa lebih memperbaiki dunia. Salah satunya dengan kompos ini, lain kali kita ulik lebih dalam ya tentang tema zerowaste, semoga Allah izinkan.
Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Older Posts

Search This Blog

Hai, Saya Mega

Hai, Saya Mega

Hai, Saraah Megha di sini, saya seorang Ibu rumah tangga yang sudah dikaruniai dua anak. Handmade entusiast, menyukai ilustrasi buku anak, meski pada kenyataannya saya kekurangan waktu untuk menggambar. Sangat tertarik dengan issue di sekitar anak.

Labels

  • Home Education (2)
  • Literasi anak (1)
  • Masak Memasak (2)
  • Melangkah Kata (7)
  • Minim Sampah (2)
  • Personal Story (7)
  • Pojok Buku Bacaan (2)
  • Pola Hidup Sehat (3)
  • VBAC (1)

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2022 (16)
    • ▼  Juli (1)
      • Males ngeblog, Tenggelam dalam Tsunami Informasi
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2021 (4)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

POPULAR POSTS

  • Dari shoping online sampai makan tongkol suwir bu haji, ini caraku menikmati pahitnya kecewa
  • Mbak Saras: Ibu Pembelajar yang dekat dengan kegiatan Mengompos
  • Thrift: Bisnis Awul-Awul Bercita Rasa Fancy
  • Glimpse of Us, Era 90an si Sudut Kenangan Khusus
  • Pertemuan Pertama dengan Buku Bajakan

Ibu-Ibu Doyan Nulis

Ibu-Ibu Doyan Nulis

1 Minggu ! Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Kumpulan Emak Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Created with by ThemeXpose | Free Blogger Templates