Homeschooling, mungkin menjadi kata yang semakin membumi beberapa tahun belakangan. Orangtua sudah mulai berani beranjak dari sistem pendidikan formal, menuju sistem belajar dengan basis "anak memiliki keunikan yang berbeda antara satu dengan lainnya". Saya termasuk orangtua yang mendapat arus tsunami informasi mengenai homeshooling, terbilang mulai mencoba sejak anak pertama saya beranjak dua tahun.
Awalnya saya dan suami sepakat, bahwa anak-anak memiliki keunikan dan cara belajar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bukan meng-underestimatekan pendidikan formal. Kemudian saya melangkah dari webinar satu ke webinar lainnya, bahkan sampai sekarang. Saya masih mengikuti beberapa webinar atau pelatihan untuk kurikulum belajar anak.
Ada banyak model pembelajaran homeschooling yang singgah dalam proses pencarian cara belajar yang tepat untuk anak saya.
Sebuah desclaimer, saya memutuskan untuk mempelajari satu-satu karena ketertarikan saya akan dunia belajar ini, meski ada satu dua orang yang berbisik-bisik kenapa saya mempelajari teori-teori yang bukan dari buah pikiran umat muslim, emmm agak susah menjelaskannya, mungkin Bismillahi dulu saya berdoa, semoga Allah tak memalingkan hati saya saat mulai mencerna satu persatu model dari pembelajaran ini. Kalau tidak dipelajari satu-satu ya nggak akan tahu bagian mana yang sekiranya bertentangan dengan keyakinan kita. Tetapi sejauh penyelaman saya, teori-teori tersebut bersifat universal. Jangan lupa berdoa semoga Allah tak memalingkan hati kita.
Oke sepertinya terlalu berbelok-belok, baik turun bukit, kita mulai saja kesembilan model pembelajaran homeschooling yang bisa diterapkan di rumah ya.
1. Sekolah di Rumah
Model ini mengacu pada kurikulum nasional sekolah. Di mana, dalam proses belajaranya terstuktur dan berjenjang. Tentu saja mata pelajaran yang kompleks seperti di sekolah, serta ada ujian seperti sekolah pada umumya, bedanya hanya lokasinya di rumah, seperti model pendidikan di masa pandemi seperti sekarang.
2. Unschooling
Model unschooling ini dipelopori oleh John Holt, pendidik asal Amerika yang mengkritik kegiatan sekolah pada pertengahan 1960an. Secara harfiah unschooling memiliki makna kontra dengan sekolah.
Menurut Holt, anak secara alamiah adalah pemelajar. Ia tahu cara terbaik untuk belajar tentang hal-hal yang paling ia butuhkan. Jadi, Holt bersikap bahwa proses belajar anak tidak perlu disetir oleh orang dewasa. Biarkan anak yang jadi pemimpin proses belajarnya sendiri.
Anak merdeka dalam hal ingin belajar apa saja, selama hal itu efektif. John Holt berkeyakinan bahwa anak-anak secara alamiah adalah seorang pembelajar.
Pada model unschooling ini, anak titik pusat utamanya, anak menjadi penentu sendiri apa yang ingin ia pelajari, dan orangtua tidak perlu menjadi pengajar. Pada model ini orangtua tidak menyusun kurikulum belajarnya.
Mungkin dari tulisan singkat di atas tampak bahwa peran orangtua terkesan pasif dalam proses belajar anak, namun sebaliknya pada model ini orangtua berperan aktif untuk mengajak anak berdialog, membuka diskusi, kepada anak.
3. Classical Homeschooling
Model ini mengacu pada model pendidikan di Yunani pada abad pertengahan. Pembelajaran menitik beratkan pada studi literatur, menghafal sejarah, dan aktivitas intelektual yang terstruktur.
Aktivitas yang banyak atau sering dilakukan adalah berdiskusi, melakukan riset, menulis dan lebih menekankan ke anak supaya mampu berpikir secara logis.
4. Charlotte Mason
Model Charlotte Manson adalah salah satu model yang banyak diterapkan para orangtua homeschooling di Indonesia, bahkan ada pula komunitasnya. Model ini lebih menakankan pada sistem belajar anak di luar ruangan, dan dekat dengan alam. Ia meyakini bahwa belajar bukanlah mengurung anak pada lingkungan buatan.
5. Montessori
Montessori juga mendapat satu model yang banyak diadopsi orangtua homeschooling di Indonesia selain model Charlotte Manson. Bahkan sangat banyak sekali anak turunan dari model bahkan komunitas belajar menggunakan model Montessori ini.
6. Waldorf
Untuk model Waldorf ini, saya belum sepenuhnya mendalami bagian isinya, masih sebatas di permukaan saja. Model Pendidikan Waldorf, banyak juga yang menyebut dengan model Pendidikan Steiner model pembelajaran ini dicetuskan oleh Rudolf Steiner, seorang penulis dari Austria dan seorang ahli falsafah, yang mengembangkan falsafah yang dikenal sebagai antroposofi.
Pada model pembelajaran Waldorf ini merupakan model pendidikan yang berusaha menciptakan setting sekolah yang mirip keadaan rumah.
Secara singkatnya, model belajar Waldorf ini memiliki tujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak menggegas, serta sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuan anak.
Steiner percaya bahwa 7 tahun pertama kehidupan anak adalah periode belajar meniru berbasis sensorik. Masa itu juga digunakan untuk mengembangkan kemampuan non-kognitif anak. Untuk itu anak-anak usia dini di Sekolah Waldorf didorong untuk bermain dan berinteraksi dengan lingkungan mereka bukannya diajarkan konten akademik.
Sumber: Arunika |
7. Reggio Emilia
Model Pembelajaran Reggio Emilia Model pembelajaran Reggio Emilia merupakan contoh model pembelajaran anak usia dini yang dicetuskan oleh Loris Mallaguzzi.
Model pembelajaran ini,
“Menciptakan kondisi pembelajaran yang akan mendorong dan memfasilitasi anak untuk membangun kekuatan berpikirnya sendiri melalui penggabungan seluruh bahasa ekspresif, komunikatif, dan kognitifnya” (Edward & Forman, 1993)
Pada model Reggio Emilia, Anak-anak dilibatkan dalam proyek belajar sesuai pada minat dan ketertarikannya. Proyek yang akan dilakukan secara mendalam dan mendetail. Model ini merupakan project di mana pusat belajar pada minat anak saat itu. Orangtua berperan sebagai pendukung anak-anak melalui proyek jangka pendek (satu minggu) dan jangka panjang (sepanjang tahun sekolah). Pada proyek ini anak-anak akan belajar, berdiskusi, bercerita, merespon, bermain, mengeksplorasi bahkan akan menguji hipotesis.
8. Fitrah Based Education
Fitrah based Education, bukan hanya untuk mendidik fitrah anak tetapi juga untuk mendidik fittah orangtua. Dalam perjalanan menjalani FBE maka orangtua juga diminta untuk mendidik fitrahnya sendiri secara bersamaan dalam proses, agar fitrah baik dari dalam diri orangtua akan bertemu dengan fitrah baik yang indah dalam diri anak anak.
Ruang lingkup dari Fitrah based education terbagi menjadi 8:
1. fitrah keimanan
2. fitrah belajar dan bernalar
3. fitrah bakat dan kepemimpinan
4. fitrah seksualitas dan cinta
5. fitrah estetika dan bahasa
6. fitrah individualitas dan sosialitas
7. fitrah jasad dan gerak
8, fitrah perkembangan
9. Eclectic Homeschooling
Model belajar ini dikenal sebagai model yang paling lentur, karena model Eclectic homeschooling mengambil kebaikan dan kemudahan dari tiap model, kemudian mengkombinasikannya sesuai kebutuhan atau kondisi keluarga.
***
Demikian beberapa model-model pembelajaran yang bisa diterapkan di rumah masing-masing, masih sebatas pembuka dan belum dijelaskan secara detail. In syaa Allah akan dikupas lebih dalam di kesempatan selanjutnya.
Nah, ada banyak model pembelajaran dalam Homeschooling, meski sebenarnya masih banyak model-model belajar lainnya, namun sejauh ini beberapa model ini yang pernah saya ikuti dalam proses belajarnya, ada kelebihan ada kekurangan, atau bahkan bisa saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Kaedahnya mungkin berbeda, namun model pembelajaran ini memiliki tujuan yang sama, sama-sama mengajarkan untuk mandiri, karena sejatinya kita berharap anak-anak mampu menjaga diri mereka sendiri. Sedangkan Pilihan bijak tentu saja ada di tangan orangtua masing-masing dengan dasar pilihan masing-masing, dan sebaiknya kita menghormati pilihan masing-masing setiap keluarga.
MasyaAllah, Kaka mentor mah kece badai tulisannya. ��
BalasHapusMa syaa Allah, mami guruuuuuu ♡
HapusSelalu ada rasa salut tersendiri dengan para orang tua yg concern pada pendidikan anak-anak mereka, termasuk dengan pola metode pembelajaran home schooling. Pun tanpa mendiskreditkan peran para orang tua yg memilih sekolah umum untuk pendidikan buah hati mereka. ❤
BalasHapusBtw, saya juga baru tahu ternyata ada beberapa model home schooling, termasuk di dalamnya ada di poin no.8 yg yaitu Fitrah Based Education, krn yg selama ini nyaring di telinga saya hanya model montessori saja.
Iya mbak, ternyata ada banyak ya mbak hihi
HapusTampilannya udah ciamik 💜
BalasHapusterima kasih mbaak
HapusBaru tahu kalau HS ada bermacam-macam modelnya. Tantangan sekarang kalau belajar di rumah adalah gadget ya, bagaimana agar gadget jadi alat, bukan jadi pengganggu.
BalasHapusbener banget umiiik, anak zaman sekarang juga makin canggih dengan gadget ya umik
HapusTerima kasih infonya..
BalasHapusBaru tau klo ada berbagai macam home schooling, tapi menurut mbak mendingan home schooling atau yang ke sekolah???
masing-masing orangtua memiliki visi misi keluarga sendiri-sendiri mbak, baik itu sekolah maupun homeschooling pasti ada pertimbangan masing-masing
HapusMba...anaknya home schooling? Apabila anak kita home schooling apakah cukup menggunakan salah satu metode dari 9 di atas atau boleh dimix sesuai kebutuhan?
BalasHapussaya sejauh ini lebih ke fitrah based mbak, dan beberapa kumix kusesuaikan dengan visi misi keluarga kami mbak..
HapusWow keren makasih infonya bunda
BalasHapusTertarik sama poin nomor 8, ini teori siapa atau referensinya dari mana kak? Penasaran misal diterapkan kayanya bagus... Atau sudah ada yang praktik pakai teori ini ya?
BalasHapuspelopornya ustadz harry santosa yang kemarin baru saja berpulang mbak, bisa cek di ig @fitrahbasededu, ada buku-buku ustadz harry santosa juga mbak
HapusMana yang nyaman bagi si anak sajalah kalau aku. Kalau anak yang senang bersosialisasi tentu merasa kesepian di rumah terus🙏🏻
BalasHapushomeschooling tak melulu hanya sekolah di rumah mbak hehehe,
HapusMasyaAlloh, keren infonya mbak. Saya baru banget tahu info ini, sebelumnya benar-benar buta sama info home schooling.
BalasHapusma syaa ALlah, sama sama belajar mbak hehehe
HapusSaya juga setuju dengan sistem Charlotte Mason, agar anak-anak dekat ke alam. Mereka nggak perlu di kurung dalam ruangan kelas. Mantap, Kak.
BalasHapusseru ya mbak
HapusSaya suka. Informatif, semakin membuka wawasan saya pengetahuan tentang seluk beluk homeschooling. Bisa sebagai alternatif lain dalam pengajaran untuk anak-anak dalam menuntut ilmu. Gak melulu di sekolah.
BalasHapusHalo mbak..
BalasHapusSalam kenal..
Trims ilmunya tentang homeshooling. Sepertinya yang no.9 Eclectic homeschooling lebih fleksibel terhadap karakter anak ya..?
Mantap banget kak. Kalau homeschooling, artinya hingga usia remaja sekolahnya di rumah ya kak? Gak kuliah juga?
BalasHapusyang saya temui banyak homeschooling yang mengenyam pendidikan kuliah juga mbak, homeschooling juga dapat ijazah (dengan ujian kejar paket), dan legal. :)
HapusWah baru tau ternyata banyak jenisnya. Saya tertarik dgn topik ini, tapi blm banyak riset. Jadi sedikit tercerahkan setelah baca ini
BalasHapusMasya Allah MB Megha. Apalagi saya yang juga memilih mengajarkan anak usia dini di rumah mendapatkan pencerahan. Sejauh ini saya masih menerapkan dua metode Montessori dan Fitrah Based Education. Meski belum maksimal dan masih mix banyak metode. Ini pengetahuan baru juga buat saya yang belum sepenuhnya homeschooler. Sukses MB Megha.
BalasHapusMasyaAllah ... Orangtua yg pembelajar selalu memikirkan solusi terbaik untuk anaknya. Ditunggu artikel sambungannya, pasti seru klo kita tahu juga ttg biaya dan penyedia setiap program HS. Thanks for sharing mba
BalasHapusBelakangan ada juga Islamic Montessori.
BalasHapusSepertinya menarik jika suatu saat ditulis ya, Mbak.
Terima kasih sudah berbagi.
Tampilan blog-nya kinclong banget, Kak. Artikelnya juga menarik dan informatif. God job.
BalasHapusTernyata home schooling banyak macamnya ya mba?
BalasHapusTerima kasih banyak sharingnya ya Mba.
Ternyata ada banyak jenis homeschooling ya.. Nambah ilmu baru nih..
BalasHapusWah ini ilmu baru buat saya. MAkasih sudah membagikannya mbak
BalasHapusBaru kemarin dapat bisikan tentang home schooling ini. Banyak dengar tetapi tidak pernah berniat menempatkan anak di sana. Setelah pandemi jadi mikir. Terima kasih ilmunya.
BalasHapusTernyata homeschooling macamnya luas ya tidak terbatas pada sekolah tidak formal di rumah saja
BalasHapusMba Mega, aku baru baca blognya. Kece banget templatenya bikin gagal fokeus hehe. Anyway tentang homeschooling ada beberapa yg familiar, tapi ada yang belum aku denger istilahnya. So insightful :') ngomong2 tentang FBE jadi inget alm. Ust. Hary Santosa. Al-Fatihah :)
BalasHapusMasya Allah ilmunya keren, pas banget saya sebagai orangtua baru mendapatkan informasi yang banyak dari sini.
BalasHapus