Nature Walk, mungkin sudah tak asing di telinga kita, terlebih untuk para orangtua yang menggunakan metode Homeschooling di rumah mereka. Banyak atau mungkin hampir semua metode anak usia dini menggaungkan agar orangtua sebisa mungkin mengajak anak untuk Nature Walk.
Saya pribadi memasukkan point ini dalam aktivitas harian saya bersama dua ananda yang tergolong masih berusia dini. Awalnya hanya kegiatan rutin biasa, ya karena saya memang suka menikmati alam, merasakan sejuknya angin, atau aroma kayu segar kayu basah, masih sebatas ingin mengenalkan ke ananda betapa nikmatnya kuasa Allah yang satu ini, tanpa dengan embel-embel. Namun sejak mengikuti beberapa webinar mengenai metode pendidikan usia dini, yang salah satunya metode Charlotte Mason, saya menemukan sesuatu yang lebih "deep" tak hanya sebatas melangkah kaki menikmati alam, namun ada sebuah visi besar, yang mungkin bisa jadi mewaris ke hati anak-anak.
“Charlote berharap setiap orangtua membangun tradisi berjalan-jalan di alam terbuka (nature walk) bersama dengan anak-anaknya sedari kecil, sesering dan selama mungkin setiap hari. Jika di luar rumah hanya ada trotoar aspal, maka pergi agak jauh ke taman terdekat atau di desa pinggir kota adalah gagasan bagus. Selama acara jalan-jalan itu, biarkan anak bermain berdasarkan inisiatifnya sendiri dengan apa yang tersedia di alam…Jam-jam di luar ruangan ini harus semaksimal mungkin digunakan sebagai latihan agar anak-anak menjadi pengamat yang peka”
(Ellen Kristi dalam buku Cinta yang Berpikir: Sebuah manual pendidikan karakter Charlotte Mason)
Mbak Fresty yang kala itu menjadi pembicara menceritakan pengalaman ketika mendampingi buah hatinya saat "Menjelajah Alam". Pada dasarnya, setiap anak memiliki fitrah untuk belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Saat kita memberikannya kesempatan untuk bermain bebas di alam terbuka, mereka secara naluriah akan bermain, meloncat, berlari dan mengeksplore apa yang ditangkap oleh panca indera mereka. Terpenting dengan mendekatkan anak ke alam, anak-anak berhadapan langsung dengan ciptaan Allah Al Kholiq yang Maha Menciptakan sesuatu dengan sangat sempurna.
Tak hanya dalam metode Charlotte Mason saja, dalam metode Montessori pun anak-anak usia dini diberi kebebasan belajar melalui alam.
“There is no description, no image in any book that is capable of replacing the sight of real trees, and all the life to be found around them, in a real forest. Something emanates from those trees which speaks to the soul, something no book, no museum is capable of giving.” – Dr.Montessori
“Education is not something which a teacher does, but that it is a natural process which develops spontaneously in the human being. It is not acquired by listening to words, but in virtue of experiences in which the child acts on his environment.” – Dr.Montessori
Karena saya juga menerapkan metode Fitrah Based Education dalam rumah kami, Kegiatan Nature Walk ini dapat memantik beberapa fitrah dalam diri anak, yaitu:
1. Fitrah Keimanan
Melalui nature Walk, anak dapat melihat kekuasaan Allah secara langsung. Bagaimana Allah membuat matahari beredar secara teratur. bagaimana Allah mampu menggerakkan angin. Bagaimana Allah menyiapkan rezeki bagi setiap makhluknya, dan salah satu yang menakjubkan bagi anakku adalah bagaimana Allah bisa membuat daun putri malu tertutup saat tersentuh. Dengan mengajak anak langsung ke alam, kita juga ikut andil untuk menyirami sisi spritual ananda.
2. Fitrah Bakat
Potensi fitrah bakat adalah potensi keunikan berupa sifat bawaan yang telah Allah tanamkan pada setiap anak sejak pertama kali diciptakan. Meski belum terlihat secara nyata, pengalaman pribadiku ketika mengajak ananda ke alam adalah, ia menjadi pandai bercerita.
3. Fitrah Belajar dan Menalar
Suatu hari saat aku mengajak anak sulungku untuk masuk ke jajaran pohon-pohon, seperti miniatur pohon. Tiba-tiba ia bergumam "Apakah di atas sana ada ular? atau mungkin di bawah sana ada lubang ular?". Pernah juga ia berkat "Kenapa batu kalau dilempar bisa jatuh?" atau pernah "Kenapa semut berjalan ia tidak jatuh?" dan celoteh-celoteh lainnya yang terkadang hanya mampu kubalas dengan senyum tak tahu, dan menjawab "In syaa Allah nanti kita cari tahu bersama ya."
4. Fitrah Individual dan Sosialitas
Saat melakukan Nature Walk, saya mengajak juga putri saya yang berusia 22 bulan, biidznillah ia ikut energik. Ada kalanya saya hanya duduk dan mengamati apa yang mereka berdua lakukan. Sang Kakak yang lebih tua dan daya ingin tahunya lebih membara lebih antusias untuk menjelajah, namun ada satu hal yang membuat saya bergetar. Meski ingin tahunya membuncah, ia selalu senantiasa mengajak adiknya, ya karena adiknya termasuk anak yang suka membuntuti apa yang dilakukan Kakaknya. Ma syaa Allah. Di situ saya merasa bahwa fitrah individu dan sosial mereka berdua terasah, biidznillah.
5. Fitrah Estetika dan Bahasa
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, dengan melihat keajaiban Allah melalui makhluknya membuat putraku sering bercerita, tak hanya yang ia tangkap dengan indera nya, namun ada kalanya ia bercerita apa yang ia imajinasikan.
6. Fitrah Fisik dan Indera
Bagian yang paling terasah ketika melakukan Nature Walk bagi saya di bagian fisik dan indera. Ada kalanya saat di taman, anakku berlari mengejar kucing, melompat, menerobos atau pernah bertiarap, yang ada kalanya saat pulang ke rumah ia akan meminta makan banyak, karena energi yang terkuras.
Pernah juga saat saya mengajaknya ke bukit di dekat rumah, ia kelelahan dan tidur siang. Tidur siang adalah salah satu kegiatan yang mulai hilang saat pandemi kemarin menyerang.
Tak ada alasan untuk tidak mengajak anak untuk Nature Walk, tak hanya bermanfaat untuk sang anak, namun ini bisa menjadi salah satu aktivitas pengurai penat bagi orangtua.
Posting Komentar
Posting Komentar