saraahmegha.com

Pengalaman VBAC: Mengupayakan VBAC dengan Resikonya

1 komentar

Pengalaman VBAC: Mengupayakan VBAC dengan Resikonya

melahirkan VBAC
Beberapa waktu lalu aku sudah berniat untuk menuliskan pengalaman VBAC yang dengan izin Allah bisa terlaksana. Meski sudah dua tahun berlalu, namun ini menjadi satu proses yang sangat berharga untukku.

VBAC adalah Vaginal Birth After Caesar, atau bahasa Indonesia lahir normal setelah caesar. Sebelum mengenal VBAC aku sudah mengenal tentang gentle birth, yang sebelumnya sempat kuupayakan ketika kehamilan pertamaku. Namun, bisa jadi karena kurang ilmu dan ikhtiar yang kurang maksimal, dan tentu saja karena takdir Allah, persalinan pertamaku diharuskan caesar.

Awalnya karena ada kista di kelenjar batoliku, membuat bidan yang akan menangani persalinanku lebih menyarankan untuk bersalin di rumah sakit, karena rawan akan pendarahan bila kista ini pecah. Qodarulloh lokasinya tepat persis di bagian jalan keluar bayi, yang mana sangat berisiko bila lahir normal dan bila dilakukan tindakan epistomi.

Selain adanya kista, qodarulloh air ketubanku rembes, dan pihak medis menyarankan untuk melakukan persalinan caesar, qodarulloh.

Kemudian di kehamilan keduaku, entah kenapa seperti ada informasi kuat lewat kanal instagram, sebuah akun teman baruku yang membahas mengenai VBAC, awalnya aku lurang begitu paham. Namun, karena beliau konsisten menulis VBAC membuatku penasaran apa itu VBAC, dan takdir Allah kembali salah satu akun @bidankita juga kerap membagikan postingannya dijam-jam aku membuka media sosial.

Aku mulai menyimak satu persatu informasi VBAC yang kudapat, dan qodarulloh salah seorang teman juga bersamaan sedang mengandung anak kedua. Membuat kami kerap saling menyapa dan bertukar informasi, dan cukup mengagetkan beliau juga sedang ikhtiar untuk VBAC. Jadilah kami saling mberi support satu sama lain supaya bisa sukses VBAC.

Mengapa aku mengupayakan VBAC?

Mungkin ini menjadi salah satu pertanyaan, kenapa berupaya keras untuk ikhtiar VBAC? Simpel, kami atau aku pribadi berdoa dan berharap semoga Allah mengizinkan kami untuk memiliki banyak anak. Mungkin karena latar belakangku dan suami yang hanya memiliki kakak atau adik, yaaa program dua anak cukup terbilang sukses di masa orangtua kami. Membuat orangtua kami memang hanya merencakan dua anak cukup.

Lalu yang kurasa adalah rasa "agak sepi" karena rasanya berbanding terbalik dengan keluarga nenek dan kakekku, di mana ketika hari raya tiba akan terasa riuh ramai dikunjungi anak-anak beliau. Tak hanya aku, ternyata suamipub merasakan hal yang sama, sehingga kami memutuskan untuk menerima rezeki anak dari Allah, mengupayakan lebih dari dua. Tapi kembali lagi, manusia hanya berencana dan Allah Yang Maha Menentukan.

Secara Ilmiah jika Caesar itu...

Informasi yang kudapat, caesar membuat seorang ibu memiliki keterbatasan untuk mengandung. Seorang Ibu yang melakukan caesar sebisa mungkin memberi jarak kehamilan dan sebaiknya tidak lebih dari empat kali mengandung. Kenapa? Karena bekas luka sayatan ketika caesar menjadi faktor resiko tersendiri.

Selain itu, beberpa jurnal yang pernah kubaca, caesar memiliki faktor resiko pelekatan pada rahim. Ini yang terjadi pada salah satu teman baikku, di mana beliau mendapat kesempatan anak kedua, namun qodarulloh ada pelekatan pada rahim, membuat beliau harus merelakan raminya untuk diambil pasca caesar kedua. Mendengar cerita beliau membuatku bertekad untuk mengupayan untuk mencoba VBAC.

Tak semua VBAC itu lancar

Benar, faktanya tak semua VBAC itu sukses. VBAC masih dianggap pro dan kontra di ranah medis. VBAC juga tak kalah beresiko juga kepada ibu hamil dan adek bayi. Salah satu resiko adalah robek rahim atau lebih dikenal dengan ruptur uteri, ini bisa mengancam nyawa sang ibu dan bayi dalam kandungan.

Biasanya seorang dokter yang pro dengan VBAC akan menanyakan kondisi ibu hamil, dan jarak kelahiran antara anak pertama dan kedua. Tak hanya itu, Ibu hamil juga diminta tes lab terlebih dahulu. Yang kuingat, aku baru melakukan tes lab ketika menjelang persalinan, namun ketika mengupayakan VBAC terbilang dua kali aku tes lab. Salah satunya tes Hb, karena ini juga penting.

Dokter juga akan melakukan pengecekan secara berkala, dan selalu menanyakan "apakah ada sensasi rasa sakit atau terbakar perih di bekas luka caesar?" Karena bila mengalami ini, ada indikasi jika luka caesar sebelumnya belum pulih sepenuhnya dan dokter akan merujuk untuk caesar kedua.

Ternyata bekas caesar sebelumnya juga berpengaruh

Dokter atau tenaga medis yang akan membantu untuk VBAC akan mengecek kondisi fisik sang Ibu, termasuk mengecek bekas luka caesar. Bekas caesarpun tergantung pada jenis luka rahim, oleh karenanya biasanya dokter akan memeriksa bekas caesar tersebut, jenis bekas luka caesar meliputi:
1. Vertikal rendah
Jenis sayatan ini memiliki risiko pecah lebih tinggi daripada sayatan transversal yang rendah.
2. Vertikal tinggi
Sayatan "klasik" merupakan potongan naik-turun yang dibuat di bagian atas rahim. Sayatan ini kadang-kadang dilakukan untuk kelahiran sesar yang sangat prematur. Sayatan ini memiliki risiko pecah tertinggi.
3. Tranversal rendah
Merupakan jenis sayatan miring ke samping yang dibuat melintasi bagian bawah rahim yang lebih rendah dan lebih tipis. Ini adalah jenis sayatan yang paling umum dan memiliki kemungkinan paling kecil untuk pecah di masa depan.

Untuk mengetahui bekas luka sebelumnya, maka Ibu perlu berkonsultasi ke dokter atau tenaga medis.
Setelah mengecek kondisi fisik, dan segala pertimbangan, maka bismillahi aku memilih untuk mengupayakan proses VBAC, meski segala pilihan selalu ada risikonya, bahkan sampai nyawa. Namun, adanya niat, support, ilmu, ikhtiar dan berpasrah dengan segala kententuan-Nya membuat memilih VBAC mantap kujalani.








Related Posts

1 komentar

  1. Berharap bisa juga VBAC tapi qodarullah jalan lahir sdh ada penyempitan jadi bayik ragil juga lahir di-SC 8th yl. Lagian faktor usia jg sdh high risk sih, jadi bertawakal aja dgn 2 anak jagoan semoga soleh semua aamiin. Jazaakillah sharingnya Hami 🥰

    BalasHapus

Posting Komentar