saraahmegha.com

Mbak Saras: Ibu Pembelajar yang dekat dengan kegiatan Mengompos

Posting Komentar
kompos-buah
Kompos Buah

Hai. Mom blogger. Seiring dengan perjalanan waktu, seringnya Allah pertemukan kita dengan orang-orang baru yang akan mewarnai hidup di waktu-waktu berikutnya. Pada postingan kali ini, aku ingin bercerita tentang salah satu teman yang cukup mewarnai hidup di beberapa tahun terakhir ini, dan akhir-akhir ini cukup salah satu kegiatan yang membuatku tertarik dengan beliau adalah cerita mengompos yang mulai beliau sebarkan ilmunya.

Perkenalan  

Nama beliau Mbak Saras Hijrah, aku pertama kali bertemu dengannya dalam salah satu komunitas yang mana kami sama-sama satu regional Kota Semarang. Kami satu batch bersama. Saat itu, supaya lebih akrab, kami satu angkatan memutuskan untuk melakukan kopi darat atau saling sapa saling kenal member satu angkatan. Kala itu berlokasi di rumah Saras.

Pertama kali mengenal Mbak Saras secara fisik beliau mengingatkanku kepada Mamaku, memiliki wajah teduh dan keibuan sekali, padahal selisih umur kami terbilang tidak terlalu jauh, layaknya kakak dan adik.

Awalnya Mbak Saras ini adalah seorang Ibu yang bekerja yang aktif di ranah publik, namun di tahun 2018 beliau resign dari pekerjaannya. Namun, meski begitu semangat belajar Mbak Saras malah semakin membuncah, dan memberi manfaat ke banyak orang.
 

Mbak Saras dan Ibu Pembelajar

Mbak Saras memiliki branding sebagai “Ibu Pembelajar” branding ini cukup melekat kuat di dalam diri Mbak saras, hal ini yang membuatku bertanya apa makna branding tersebut? beliau dengan lugas menceritakan awal mula perubahan status dari Ibu ranah publik ke Ibu ranah domestik, ada banyak hal baru yang harus dipelajari, diadaptasi dan dikompromikan mengingat sebelumnya di jam delapan pagi sampai lima sore biasanya beliau masih di kantor.

Selain itu, ada banyak hal yang harus diadaptasi dan dipelajari seperti menejemen keuangan, yang biasanya mendapat gaji dan nafkah dari suami, dan sekarang harus pandai mengatur keuangan dari satu pintu keuangan, meski sejatinya perkara rezeki ini memang sudah ditakar Allah jauh di lauh mahfuz. Hal ini mendorong diri Mbak Saras untuk lebih berdaya, dan menahan diri dari segala godaan konsumtif yang menjurus boros dan mubadzir. Serta belajar memilih mana yang prioritas.

Selain belajar keuangan, Mbak Saras juga belajar bagaimana manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, menjadi Ibu ranah domestik memiliki waktu yang lebih “longgar” dan fleksibel daripada di kantor. Hal ini yang membuat beliau mencari peluang aktivitas yang berpahala dan mendulang amal yang bisa diraih. Tentu saja, sebelum beramal harus menjemput ilmu terlebih dahulu “ Sebelum Amal, Mesti Mengilmui terlebih dahulu” ungkap beliau.

Contoh yang paling simpel adalah, menyiapkan sarapan. Hal yang sederhana, namun dibaliknya ada ilmu yang harus ditanamkan dalam hati terlebih dahulu. Bagaimana membuat sarapan dengan kaya gizi, namun tidak boros waktu pagi, bagaimana strateginya. Lalu AHA beliau mulai mulai menerapkan Food Prepare, dan bangun lebih awal.

Memiliki branding dan mental “Ibu Pembelajar” pastilah tak mudah, ada banyak kisah di belakangnya, yang terkadang tidak kita ketahui, yang bisa saja hanya Mbak Saras dan Allah saja yang tahu. Namun, Mbak Saras bercerita bagaimana titik baliknya.

Bagi Mbak Saras titik balik ketika memutuskan menjadi Ibu Pembelajar adalah ketika berada di salah satu komunitas (Ibu Profesional), sejak menjadi bagian dari Ibu Profesional Mbak Saras mulai memakai istilah Ibu Pembangun Peradaban, dan Ibu Pembelajar.

Bagiku pribadi ketika Mbak Saras berkata demikian rasanya seperti kalimat afirmasi positif dan doa yang dikayuh setiap waktu, dan sepertinya ini menjadi salah satu hal yang bisa kucontoh.

Mbak Saras kemudian bercerita bahwa sebelum resign beliau juga sudah bertekad kuat meski menjadi seorang Ibu Rumah Tangga, beliau tetap berdaya, meamnfaatkan waktu dengan hal yang positif, tetap berdandan bersih di dalam rumahnya, dan kegiatan positif lainnya.

Beliau bercerita beberapa fenomena tentang “memandang sebelah mata Ibu Rumah Tangga” padahal menurutnya, Ibu Rumah Tangga salah satu karir yang mampu mengantarkan ke Jannah-Nya. Ma syaa Allah.

Menukil salah satu hadist:

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” 
(HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Salah satu hadist yang dipegang erat oleh Mbak Saras, yang membuatnya tetap berproses, terus belajar, sampai jatah umur beliau habis, imbuhnya.
 

Kegiatan akhir-akhir ini

Mbak Saras memiliki segudang aktivitas yang mendukung karir menuju Jannah-Nya, yaitu:
  1. Mengikuti kelas parenting: ikut PPOT di Sekolah Al Falah, dan kelas-kelas parenting online dan offline
  2. Kelas Memasak wag masak, kursus masak, trial and eror resep-resep dari cookpad
  3. Kelas online phonephotograf
  4. Kelas Zero waste : webinar para penggiat lingkungan
  5. Belajar membuat blog, sebagai rekam ilmu  

Ibu Pembelajar Minim Sampah

Ada hal yang menarik bagiku pribadi, beberapa waktu belakang Mbak Saras mulai memiliki nama dengan kata “kompos” terbukti di instagram beliau mulai marak menjadi salah satu pembicara yang membahas minim sampah atau zero waste. Ini menggelitik rasa ingin tahuku, dan mulai kutanyakan dengan beliau.

Mbak saras bercerita, bahwa untuk minim sampah, sebenarnya sudah diterapkan di keluarga Mbakj Saras jauh hari, terbilang cukup lama. Beliau berkisah saat awal belajar memasak, beliau melihat sisa kulit sayur, kuluit buah dan sisa konsumsi lainnya yang menumpuk. Adakalanya sisa-sisa tersebut langsung dibuang menjadi satu dan menimbulkan bau yang tak sedap, dan membuat hatinya gusar. Awalnya beliau masih sebatas menimbun sampah organik di taman kecil di depan rumahnya.

Kemudian dengan seiring waktu, dan istilah “Allah akan mempertemukan dengan orang-orang yang sefrekuensi” Mbak Saras mulai dipertemukan dengan kelas di mana memiliki ilmu yang terstrukstur untuk mengompos yang mulai dilakukan sejak Februari 2021, yang kemudian dilanjutkan dengan webinar yang dilaksanakan oleh bu DK Wardhani.

Sedikit info Bu DK Wardhani adalah salah satu pejuang less waste atau zero waste dengan melakukan 3ah, cegah, pisah, olah. Selain berguru kepada bu DK, Mbak Saras juga mengikuti webinar dari beberapa praktisi lingkungan lainnya.

Strong Why

Tentunya ketika memilih untuk menjadi keluarga yang mengusung konsep zero wastem Mbak Saras memiliki stronge why nya sendiri, beliu memberi nasehat yang langsung menancap di hati, dan sekaligus menjadi penutup dalam sesi ngobrol bersama Mbak saras kali ini.

“The strong why kenapa mau melakukan itu adalah karena tugas menjaga dan memakmurkan bumi adalah tugas seorang hamba yang beriman. Setiap hal perkataan, sikap perbuatan, akan dimintai pertanggungjawaban. Begitu juga dengan sampah yang kita hasilkan di rumah. Itu tanggung jawab kita juga.Toh bumi sudah memberi kita banyak hal, gantian donk kita ikut merawatnya.”

Kemudian ada lanjutannya

“Bumi gak minta ibu yang sempurna kok, hanya minta ibu yang mau berproses dan berprogress untuk bisa mengelola sampah sesuai kemampuan masing-masing”

Demikian salah satu profil teman yang menurutku sangat insightful bagiku dan mungkin bagi mom blogger lainya. Ada banyak hal yang bisa kupetik, meski kita sebagai Ibu Rumah Tangga, yakinlah itu salah satu karir yang luar biasa bila kita maknai dan lakukan dengan mengharap rida Allah. Ibu merupakan salah satu tonggak peradaban, ada kalanya dari hal yang sederhana dan sepele seperti sampah, kita bisa lebih memperbaiki dunia. Salah satunya dengan kompos ini, lain kali kita ulik lebih dalam ya tentang tema zerowaste, semoga Allah izinkan.

Related Posts

Posting Komentar