![]() |
Ghaaziy Khitan |
Bagiku dulu, momok seorang wanita adalah melahirkan, sedangkan pada pria adalah khitan. Hahahaha, tentu saja tidak Apple to apple ya, karena tentu saja melahirkan lebih lebih berat dan mempertaruhkan nyawa.
Khitan, bagi kami adalah salah satu hak anak kepada orangtuanya. Sebuah proses di mana ini menjadi salah satu jenjang menuju balighnya. Sebuah pintu yang akan ditempuh cepat atau lambat. Begitu juga bagi kami, awalnya kami msih merencanakan agar Ghaaziy khitan di usia sekolah saja, meski aku pribadi sempt membuka obrolan dengan suamiku untuk mengkhitan Ghaaziy saat bayi saja. Hahaha.
Namun, ternyata Allah berkehendak lain.
Jadi berawal dari kami yang kala itu datang berkunjung ke salah satu ustadz kami, yang mana aku cukup akrab dengan istri beliau. Anak-anak kami juga hampir sepantaran. Jadi sejujurnya aku cukup nyaman untuk ngobrol dan berdiskusi.
Lalu, kemudian kami mendapat kabar saat berkunjung kalau ananda beliau baru saja di khitan. Aku dengan khidmat mendengar cerita-cerita indah (ya karena ini pengalaman sebagai orangtua ya) sehingga aku merasa setiap ada yang cerita latar belakang, atau sebuah proses yang dilalui anandanya menjadi cerita yang indah.
Kemudian beliau bercerita proses ketika ananda beliau di khitan, jujur saja aku sempat menitikkan air mata. Berdesir hatiku, lalu seperti mendapat bisikan, apa mulai kupertimbangkan untuk di khitan ya.
Pada waktu yang sama, aku juga mendapat cerita yang serupa, salah sagu teman Ghaaziy yang kami kenal orangtuanya, karena sempat ngaji bersama di rumah beliau. Juga mengabarkan kalau anandanya di khitan. Lalu tiba-tiba Ghaaziy yang kala itu masih berusia empat tahun berkata, "Aziy juga mau di sunat hami."
Pernyataan itu meluncur mulus dari bibirnya, setelah kami ceritakan tentang proses khitan, bisa saja membuatnya terkejut dan setelah itu terasa perih sampai berhari-hari. Ghaaziy tetap mau di khitan. Sepertinya karena saat itu aku menunjukkan foto temannya saat khitan di salah satu tempat khitan yang memiliki maskot robot lucu, dan usai khitan mendapat banyak hadiah seperti topi, tas dan kaos serta bonela robot, membuatnya ingin khitan juga hahahaha.
Aku dan suami kemudian berembuk, dan memutuskan "Oke khitan" mumpung anaknya sendiri yang mau. Saat itu rencanannya di bulan Februari tahun 2022. Namun, qodarulloh Allah memiliki rencana lain. Allah yang paling tahu kapan waktu yang tepat tersebut. Sehingga kami harus pending rencana karena saat itu Naazneen, adiknya harus dirawat di rumah sakit. Qodarulloh.
Meski sebenarnya bukan khitan masal, yang semua murid yang mendaftar dikhitan bersama dalam satu tempat dan dalam waktu yang sama. Namun, dalam satu hari dibatasi dua santri untuk khitan. Jadi peluang bertemu teman sekelasnya ya 25% meski ternyata 0% hahaha, karena ternyata Ghaaziy dijadwalkan bersma kakak kelasnya. Hihihi.
Aku tak memberitau proses lengkapnya ke Ghaaziy tentang khitan ini, aku hanya menjelaskan kalau kemungkinan ia akan kaget karena disuntik, dan mungkin akan terasa gak nyaman di kemaluannya. Aku khawatir jika ia tahu detail ia mengurungkan niatnya.
Ghaaziy cukup antusias, bahkan setiap pagi melihat kalender untuk menghitung mundur tanggal khitannya. Terharu sekaligus berdebar, itu yang kurasa.
Kemudian pada hari H, di pagi hari jam 06.00 ia mandi pagi, dan ribut rewel mencari baju koko putih dan sarungnya. Saat kutanya kenapa? Apa mau sholat subuh? Kan sudah telat jam enam. Ia menjawab kalau ia bersiap untuk khitan. Hahahaha. Padahal jadwal khitannya jam 14.00.
Saat perjalanan berangkat ke klinik, aku memberitahu lagi kemungkinan yang akan ia terima saat khitan nanti. Dan ternyata cukup mengejutkan, ia tahu yang akan terjadi saat khitan, serta bagaiman prosesnya. Saat kutanya tau dari siapa, ia menjawab dari teman sekelasnya yang bercerita saat kakaknya di khitan. Meski begitu ia tak urung niat dan tetap berani. Ma syaa Allah disaat itu berdesir hatiku, ada rasa bangga yang tak tertahan, anakku berani. Ma syaa Allah, barakallahu fiyk Mas Ghaaziy.
Ternyata kami harus menunggu cukup lama, jadwalnya pada jam 14.00 namun Ghaaziy baru mendapat tindakan di jam 16.00 kalau tidak slaah. Ternyata saat itu pasien lumayan banyak, mungkin karena jadwal libur sekolah ya.
Pukul 16.00 Ghaaziy dipanggil ke ruangan yang ditemani abanya, ia mendapat bius berupa semprot, katanya rasanya semriwing cekit cekit, yap tidak disuntik. Awalnya kukira di suntik, ternyata berupa semprotan, aku sangat lega karena pasti ia akan kaget kalau di suntik.
Usai mendapat bius semprot, Ghaaziy kembali di tempat duduk ruang tunggu dan menunggu 15 menit, mungkin supaya maksimal biusnya ya. Di jam 16.30 ia dipanggil di ruang tindakan, saat itu anak-anak hanya boleh masuk sendiri, tanpa ditemani kami orngtuanya.
Aku? Cemas iya, khawatir iya, campur aduk rasanya. Bahkan aku sempat berhalusinasi Ghaaziy menangis dan nyatanya tidak sama sekali.
16.45 ia keluar dengan gagahnya dan senyum mengembang dengan sedikit merintih, ya wajar hahaha. Tapi ma syaa Allah saat melihat ia keluar sendirian dari ruang tindakan ada rasa haru bangga menyambutnya. Barakallahu Mas Ghaaziy.
Alhamdulillah, selamat memasuki fase baru. Semoga Allah senantiasa memberkahi Mas Ghaaziy, menetapkan hati mas Ghaaziy menjadi hamba-Nya yang selamat dunia akhirat.
Khitan, bagi kami adalah salah satu hak anak kepada orangtuanya. Sebuah proses di mana ini menjadi salah satu jenjang menuju balighnya. Sebuah pintu yang akan ditempuh cepat atau lambat. Begitu juga bagi kami, awalnya kami msih merencanakan agar Ghaaziy khitan di usia sekolah saja, meski aku pribadi sempt membuka obrolan dengan suamiku untuk mengkhitan Ghaaziy saat bayi saja. Hahaha.
Namun, ternyata Allah berkehendak lain.
Awal mula ingin khitan
Kok bisa tiba-tiba mau khitan? Dari Ghaaziynya sendiri yang minta? Wait wait sebentat, aku akan bercerita agak mundur di satu tahun sebelumnya.Jadi berawal dari kami yang kala itu datang berkunjung ke salah satu ustadz kami, yang mana aku cukup akrab dengan istri beliau. Anak-anak kami juga hampir sepantaran. Jadi sejujurnya aku cukup nyaman untuk ngobrol dan berdiskusi.
Lalu, kemudian kami mendapat kabar saat berkunjung kalau ananda beliau baru saja di khitan. Aku dengan khidmat mendengar cerita-cerita indah (ya karena ini pengalaman sebagai orangtua ya) sehingga aku merasa setiap ada yang cerita latar belakang, atau sebuah proses yang dilalui anandanya menjadi cerita yang indah.
Kemudian beliau bercerita proses ketika ananda beliau di khitan, jujur saja aku sempat menitikkan air mata. Berdesir hatiku, lalu seperti mendapat bisikan, apa mulai kupertimbangkan untuk di khitan ya.
Pada waktu yang sama, aku juga mendapat cerita yang serupa, salah sagu teman Ghaaziy yang kami kenal orangtuanya, karena sempat ngaji bersama di rumah beliau. Juga mengabarkan kalau anandanya di khitan. Lalu tiba-tiba Ghaaziy yang kala itu masih berusia empat tahun berkata, "Aziy juga mau di sunat hami."
Pernyataan itu meluncur mulus dari bibirnya, setelah kami ceritakan tentang proses khitan, bisa saja membuatnya terkejut dan setelah itu terasa perih sampai berhari-hari. Ghaaziy tetap mau di khitan. Sepertinya karena saat itu aku menunjukkan foto temannya saat khitan di salah satu tempat khitan yang memiliki maskot robot lucu, dan usai khitan mendapat banyak hadiah seperti topi, tas dan kaos serta bonela robot, membuatnya ingin khitan juga hahahaha.
Aku dan suami kemudian berembuk, dan memutuskan "Oke khitan" mumpung anaknya sendiri yang mau. Saat itu rencanannya di bulan Februari tahun 2022. Namun, qodarulloh Allah memiliki rencana lain. Allah yang paling tahu kapan waktu yang tepat tersebut. Sehingga kami harus pending rencana karena saat itu Naazneen, adiknya harus dirawat di rumah sakit. Qodarulloh.
Lalu.. lalu..
Waktu yang tepat bagi Allah ternyata pada bulan Desember 2022 lalu. Ada acara di sekolah Ghaaziy seperti khitan bersama saat liburan semester. Ghaaziy cukup antusias saat ia tahu kalau ada dua temannya ikut serta dalam acara tersebut.Meski sebenarnya bukan khitan masal, yang semua murid yang mendaftar dikhitan bersama dalam satu tempat dan dalam waktu yang sama. Namun, dalam satu hari dibatasi dua santri untuk khitan. Jadi peluang bertemu teman sekelasnya ya 25% meski ternyata 0% hahaha, karena ternyata Ghaaziy dijadwalkan bersma kakak kelasnya. Hihihi.
Cerita khitan Ghaaziy
Awalnya jadwal khitan Ghaaziy di tanggal 22 Desember, lalu kami meminta supaya diajukan menjadi tanggal 20 Desember, karena qodarulloh ada acara keluarga di tanggal 25 Desember (saudara yang menikah, arisan keluarga, dan syukuran sepupu yang lulus kuliah dan acara lainnya yang dibuat dalam satu tanggal tersebut. Termasuk syukuran Ghaaziy khitan juga mungkin ya hahahaha)Aku tak memberitau proses lengkapnya ke Ghaaziy tentang khitan ini, aku hanya menjelaskan kalau kemungkinan ia akan kaget karena disuntik, dan mungkin akan terasa gak nyaman di kemaluannya. Aku khawatir jika ia tahu detail ia mengurungkan niatnya.
Ghaaziy cukup antusias, bahkan setiap pagi melihat kalender untuk menghitung mundur tanggal khitannya. Terharu sekaligus berdebar, itu yang kurasa.
Kemudian pada hari H, di pagi hari jam 06.00 ia mandi pagi, dan ribut rewel mencari baju koko putih dan sarungnya. Saat kutanya kenapa? Apa mau sholat subuh? Kan sudah telat jam enam. Ia menjawab kalau ia bersiap untuk khitan. Hahahaha. Padahal jadwal khitannya jam 14.00.
Saat perjalanan berangkat ke klinik, aku memberitahu lagi kemungkinan yang akan ia terima saat khitan nanti. Dan ternyata cukup mengejutkan, ia tahu yang akan terjadi saat khitan, serta bagaiman prosesnya. Saat kutanya tau dari siapa, ia menjawab dari teman sekelasnya yang bercerita saat kakaknya di khitan. Meski begitu ia tak urung niat dan tetap berani. Ma syaa Allah disaat itu berdesir hatiku, ada rasa bangga yang tak tertahan, anakku berani. Ma syaa Allah, barakallahu fiyk Mas Ghaaziy.
Proses khitan di Rumah Sunat Semarang
Kuttab bekerjasama dengan Rumah Sunat Semarang dalam acara khitan kali ini. Untuk range harga bervariasi ya pembca maya, start satu juta sama dua setengah juta juga ada. Bisa di cek di rumah sunat Semarang ini ya. Untuk Ghaaziy menggunakan metode lem super.Ternyata kami harus menunggu cukup lama, jadwalnya pada jam 14.00 namun Ghaaziy baru mendapat tindakan di jam 16.00 kalau tidak slaah. Ternyata saat itu pasien lumayan banyak, mungkin karena jadwal libur sekolah ya.
Pukul 16.00 Ghaaziy dipanggil ke ruangan yang ditemani abanya, ia mendapat bius berupa semprot, katanya rasanya semriwing cekit cekit, yap tidak disuntik. Awalnya kukira di suntik, ternyata berupa semprotan, aku sangat lega karena pasti ia akan kaget kalau di suntik.
Usai mendapat bius semprot, Ghaaziy kembali di tempat duduk ruang tunggu dan menunggu 15 menit, mungkin supaya maksimal biusnya ya. Di jam 16.30 ia dipanggil di ruang tindakan, saat itu anak-anak hanya boleh masuk sendiri, tanpa ditemani kami orngtuanya.
Aku? Cemas iya, khawatir iya, campur aduk rasanya. Bahkan aku sempat berhalusinasi Ghaaziy menangis dan nyatanya tidak sama sekali.
16.45 ia keluar dengan gagahnya dan senyum mengembang dengan sedikit merintih, ya wajar hahaha. Tapi ma syaa Allah saat melihat ia keluar sendirian dari ruang tindakan ada rasa haru bangga menyambutnya. Barakallahu Mas Ghaaziy.
Alhamdulillah, selamat memasuki fase baru. Semoga Allah senantiasa memberkahi Mas Ghaaziy, menetapkan hati mas Ghaaziy menjadi hamba-Nya yang selamat dunia akhirat.
Posting Komentar
Posting Komentar