saraahmegha.com

Pengalaman ke Planetarium naik BRT

Posting Komentar

 

Planetarium
Tangga planetarium


Ada banyak kisah di tahun 2022 dari pandemi yang tak kunjung, usai sekolah yang tak kunjung bisa tetap muka, dari pelonggaran menjadi pembatasan bahkan pndemi juga membuat was was bepergian meski di dalam kota apalagi menggunakan moda transportasi. Namun, meski begitu di akhir 2022 kami memiliki satu pengalaman menarik yang bisa jadi tak akan pernah kami lupakan. Yap kami aku dan kedua anakku.

Singkat cerita, beberapa waktu lalu mbak marita share info tentang planetarium di kota Semarang. Berita istimewa yang membuatku bahagia, karena aku baru tahu kalau di Semarang memiliki planetarium. Awalnya rombongan akan berangkat di hari senin, namun kala itu aku masih mudik ke Karanganyar sehingga mencoba ajak-ajak di hari selasa.

Qodarulloh ternyata dibuka untuk umumnya hanya di hari selasa tanggal itu saja. Mbak Marita mengajak untuk naik moda BRT, yang otomatis aku merasa terajak karena ini pengalaman baru untukku dan anak-anakku pasti mereka akan memiliki pengalaman asyik sendiri. Pengalaman yang bisa jadi berkesan di tahun 2022. In syaa Allah, dengan mantap aku ikut serta.

Naik BRT Semarang

Rasanya aku snagat antusias pun dengan anak anakku saat kuberitau, kita akan ke planetarium dan akan naik bus bersama teman-temannya, kok ya qodarulloh sama-sama di Kuttab Al Fatih Semarang. Yap, pengalaman itu adalah naik moda transportasi, Bus Rapid Transit. Jujur saja ada harapan di mana aku bisa berjalan-jalan bersama kedua anakku menggunakan BRT di Kota Semarang. BRT di Kota Semarang ini sudah ada sejak aku kuliah. Mungkin karena sebelumnya aku tjah angkoters, sehingga aku lebih nyaman menggunakan moda transportasi masal dibandingkan go*ek atau g*ab.

Teringat pada tahun 2020 lalu, saat suamiku harus masuk RS dan aku belum bisa menyetir mobil, aku memilih untuk naik moda BRT dengan anakku untuk bolak balik ke rumah.

Dahulu awalnya BRT ini masih di beberapa koridor utama, moda busnya berwarna biru kami menyebutnya bus tayo. Kemudian seiring berjalannya waktu, moda bus bertambah dengan feeder, bus dengan ukuran lebih kecil dan menjangkau rute yang lebih kompleks lagi, karena warnanya merah kami menyebutnya gani. Hahahaha.

Perjalanan pertama kami, kami naik bus Tayo. Jarak antara rumah kami (Meteseh) dan planetarium (Ngalian) terbilang cukup jauh, aku memprediksi jika naik bus ya sekitar satu jam, dan bisa saja lebih. Mbak Marita dan Mbak Yeyet sudah mewanti-wanti untuk berangkat jam 07.00 namun tetap saja, keluarga pak feri ini selalu ada aja, pas kami hendak berangkat Ghaaziy bilang kebelet pupup segala hahahaha.

Oke akhirnya kita baru berangkat di jam 07.30 entah lebih atau kurang sepertinya jam segitu. Karena shelter kami termasuk yang pertama (ujung) jadi bus masih cukup lengang untuk tempat duduknya. Anak-anak nyaman, sampi Naazneen tertidur hahaha. Kami naik bus tayo sampai di transit balai kota.

Usai transit ke balai kota, kami meneruskan perjalanan naik feeder alias si gani hahaha. Nah ini cukup menantang, saat ganti feeder, kami harus berdiri karena feeder penuh, meski tak lama berikutnya aku mendapatkan tempat duduk.

Sesuatu yang menarik dalam perjalanan kami menuju planetarium sampai pulang adalah kenyataan bahwa warga Semarang masih memiliki sopan santun, aku mendapat tawaran tempat duduk karena menggendong naazneen yang masih asyik tertidur. Bersyukur kami datang rombongan, mbak yeyet yang banyak membantu bahkan sampai membawakan tasku yang absurd tersebut.

Oke akhirnya kita sudah sampai di Planetarium Semarang yang berlokasi di kampus IAIN Semarang. Seru asyik dan pegel saat naik feeder ya ternyata. Naik BRT saat berangkat done kami lalui bersama, in syaa Allah.

Oke aku lanjutnya cerita si BRT ini sampai akhir ya. Jadi setelah melihat pertunjukan, kita memutuskan untuk segera pulang, dan makan bersama di simpang lima.

Namun, sayangnya karena ini bukan di bagian ujung, kami harus menunggu bus datang terlebih dahulu. Setiap bus datang ternyata oenuh, dan durasi menunggu 15 menit. Trus trus trus Naazneen gimana? Waah cukup menantang bund, karena anaknya itu ingin segera naik gani, namun bus selalu penuh. Tangisan yang memilikan. Karena bus selalu penuh, kami memutuskan untuk membagi menjadi dua bis. Karena kalau tetap disatukan ya bersesak-desakan.

Saat kami mendapatkan bus pun, Naazneen tiba-tiba menangis karena kondisi banyak orang dan harus berdiri, dia kaget dan menangis cukup kencang. Alhamdulillah ada penumpang yang baik hati sehingga memilih berdiri dan merekakan tempat duduknya. Uniknya baru saja duduk dia langsung terlelap duduk hahahaha.


Sesmpainya di rumah ketika kutanya kutanya anak-anak, kira-kira mereka masih mau naik BRT dan dijawab kompak, maunya naik Tayo bukan Gani, naik Gani sumuk tidak ada angin, dan AC nya kurang kencang. Ma syaa Allah, meski begitu ini menjadi pengalaman yang berharga bukan.?

Related Posts

Posting Komentar