saraahmegha.com

Langkah Kecil seorang Ibu Rumah Tangga Bersama Bergerak Berdaya Untukmu Bumiku

16 komentar
untukmu-bumiku
Inilah bumi kita saat ini, perlu ditolong dengan banyak tangan, banyak pihak

Kota Semarang, adalah salah satu kota besar di Indonesia. Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, meski tak setenah kota Surakarta (mungkin) namun, denyut jantung pemerintah dan kegiatan masyarakat di Jawa Tengah berpusat di sini.

Saat masih gadis, aku hidup di Semarang namun tinggal di daerah perbatasan Demak. Yap, aku sering "laju" memilih untuk pulang pergi menggunakan moda angkot sejak kuliah sampai kerja dan baru menggunakan motor saat bekerja.

Tempat tinggalku di daerah pesisir utara, di mana kawasan ini memang terkenal dengan Land Subsidence, rumah orangtuaku harus kejar-kejaran dinaikan sebelum terhempas air rob, dan memang benar pemurunan tanah terasa sekali di sini, meski aku baru tau kenyataannya kalau penururnan tanah di permukiman kami tak secepat Pekalongan.

Hal yang paling kuingat adalah rumah kami sering banjir meski tak hujan, bahkan saat cuaca cerahpun air tiba-tiba naik. Dan membanjiri permukiman kami.

Banyak yang harus dibenahi sebenarnya, saluran pembuangan juga terpantau kurang baik, gorong-gorong kecil namun debit pengeluaran antar rumah tangga terasa banyak, sehingga tak mampu menampung bahkan beberapa titik tersumbat. Air tak lancar bermuara ke laut, tertahan dan menyebabkan efek lain.

Belum sampai di situ, permukiman kami memang dikelilingi pabrik-pabrik, sehingga praktis tiap sore pasti terjadi kemacetan parah, karena para buruh pabrik yang pulang. Ups tak hanya sore bahkan pagi hari juga terjadi kemacetan parah. Uang muka kendaraan murah menjadi pisau bermata dua yang sama-sama tajamnya, para buruh memilih menggunakan kendaraan pribadinya yang mana makin memperparah kondisi macet dan buangan polutan yang menjadi-jadi.

Siapa sangka meski sudah delapan tahun lewat saat aku sudah menikah dan punya anak, kondisi itu masih tetap ada, bahkan tak berkurang malah makin parah. Sedih.
perubahan-cuaca
Kondisi rumah Orangtuaku, tak hujan tetap banjir dan penurunan tanah 

Perubahan iklim yang di rasa di Indonesia dan apakah Semarang juga terasa

Isu tentang perubahan iklim ini sebenarnya sudah digaungkan bahkan sejak aku masih kuliah, namun karena saat itu statusku sebagai seorang mahasiswa yang sepertinya lebih banyak tugasnya, sehingga waktu untuk memperhatikan kondisi lingkungan terabaikan. Meski saat itu aku berkuliah di jurusan Tata Kota, yang salah satu mata kuliahnya berkaitan dengan lingkungan, tetap saja aku tak begitu tertarik. Naas memang.

Aku baru memperhatikan isu ini saat Allah mengaruniakan dua anak lucu dalam dekapan ma syaa Allah. Kenyataan bahwa ada rasa kok rasanya bumiku tak senyaman dulu ya.

Jalan pagi yang biasnaya enak sekali rasanya menjadi salah satu kegiatan yang menyeramkan, ya karena belum tepat pukul enam, namun rasanya matahari sudah sangat menyengat, bahkan pernah suatu hari aku hampir pingsan karena entah panas, atau memang dehidrasi.

Hal yang paling terasa adalah perbedaan cuaca yang cukup ekstrem. Saat kemarau tiba, suhu bumi terasa panas membara, tubuh terasa sampai dicubit. Sedangkan saat musim penghujan tiba, banjir bisa dipastikan di mana-mana.

Aku ingat jelas, saat itu menjelang ashar, tak terasa salah satu teman jaman SMA menelpon sampai berkali-kali, awalnya kutanggapi santai, ternyata beliau menanyakan kabarku karena ia mendapat kabar bahwa perumahan kami mendapat musibah banjir, bahkan konon katanya sampai atap, subhanallah.

Saat itu, aku hanya melongo di jendela dna tak melihat genangan air. Usut kena usut ternyata perumahan sebelah kami yang diterpa bencana banjir, tanggul jebol. Padahal kondiso perumahan berada di kelok-kelok persis sungai.

Emisi karbon di Indonesia dan dampak terhadap perubahan iklim

Sejak saat itu, sepertinya aku merasa bumi kita sedang tak baik-baik saja. Aku mulai membuka-buka artikel yang berkaitan dengan emisi karbon ini. Sebuah kenyataan yang cukup membuat batuk tiba tiba, dan pernah sampai tak bisa tidur.

Baik kita ngobrol sederhana tentang emisi karbon, apasih emisi karbon itu?
Menurut Cambridge Dictionary, emisi adalah sejumlah gas, panas, cahaya, dan lain-lain yang dikirimkan keluar. Kata ini sering digunakan untuk menyebut emisi panas, emisi cahaya, hingga emisi karbon.
Lantas, apa itu emisi karbon? 
Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon, seperti CO2, solar, LPJ, dan bahan bakar lainnya. Dalam arti sederhana, emisi karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer.

Emisi karbon ini menjadi kontributor dalam perubahan iklim yang terjadi secara global. Hah, kok bisa? Gimana gimana? Emang emisi karbon dampaknya gede banget ya?
Para peneliti berhasil mengungkap bahwa emisi antropogenik dari satu triliun ton karbon cenderung menyebabkan peningkatan suhu global sebesar dua derajat Celcius.
So, kerasa gak saat musim panas kita jadi merasa suhu panasnya terasa makin panas dan makin menjadi-jadi.

Coba cek sekarang, apakah suhu di rumah kalian saat pagi siang terasa semakin panas menyengat? Atau hanya di tempat kami saja yang terasa seperti itu?

Langkah kecil Seorang Ibu Rumah Tangga Bersama bergerak berdaya

Jadi, bisa gak sih emisi karbon ini dikurangi atau dihentikan? Sepertinya kita harus optimis sampai dianggap gak warasa dengan mengatakan ya bisa!! Gimana dong caranya? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan kita bisa #BersamaBergerakBerdaya terutama demi kebaikan #UntukmuBumiku.

Okey sempat masuk ke ranag insecure, kayaknya gak bisa deh toh aku mah apa atuh hanya serbuk jasjus. Sadar diri bahwa sebagai ibu rumah tangga, aku pribadi memang tak punya kuasa atau kekuatan apapun.

Namun, aku salah bukan karena tentang aku ibu rumah tangga atau bukan, namun tentang niat dan upaya. Yap, harus benar-benar punya "goal" meski aku ibu rumah tangga tapi ibi langkah kecilku yang berharga.

Satu kalimat yang membuat semangat berkobar "Ibu adalah kunci" bahkan ada yang mengatakan bahwa "Ibu adalah tiang peradaban" bahkan ada salah satu buku di salah satu bab memaparkan:
"Jika ingin menghancurkan suatu peradaban/generasi, hancurkan dulu ibunya." Gila sih, pas baca itu. Merinding.

Namun, setelah kurenungkan ulang mungkin memang benar apa yang tertulis, wanita merupakan jantung rumah. Posisinya sangat penting (bagi yang beruntung mendapat pasangan yang memuliakannya). Posisi ibu adalah seorang teladan bagi anak-anak, sebuah contoh habit entah itu baik atau buruk bagi anak-anaknya.

Dan rasanya setelah merenungkan itu ada lonceng yang berdentang-dentang dlama kepalaku. Yap, inilah peran ibu. Ibu memiliki peran penting dalam memutuskan mata rantai memperparah perubahan iklim ini. Namun tentu saja setelah dimulai dengan diri sendiri, anak suami kemudian #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku.

Emang yang dilakukan bisa apa saja sih? Membuat habit baik, contohnya:Membiasakan membawa tempat minum sendiri, dan tempat makan sendiri.
  • Membawa kantong belanja, meski beberapa waktu lalu di tempat tempat jualan memang sudah dicanangkan program tidak boleh menggunakan kantong plastik, dan dihimbau menggunakan kantong kain sendiri. Dan setelah dirasakan memang terasa lebih baik, platik sisa belanja tak berjubel seperti sebelumnya.
  • Membuang sampah pada tempatnya, ironi ternyata ini masih sebatas pelajaran teori, fakta di lapangan tidak muda maupun tua, jika ada kesempatan mereka memilih simpel untuk buang sampah sembarangan.
bawa-botol-sendiri
Membiasakan membawa minum sendiri dan kantong belanja sendiri
  • Memilah sampah. Ini program yabg baru di keluarga kami. Aku mulai memutuskan ubtuk memisah sampah-sampah. Sampah isi sisa makanan, sampah kertas, sampah bungkus makanan. Dan saat dipisah terasa bahwa produksi sampah kita tiap satu plastik bisa sampai banyak, sedangkan saat dipisah jauh bisa dikendalikan.
pilah-sampah
  • Membuat kompos, tahun ini aku belajar membuat sampah meski awalnya sangsi namun nyatanya tak sesualit yang dibayangkan. Sampah sisa makanan bisa dikomposkan, kecuali tulang dan daging bisa menggunakan biopori atau magot, namun aku belum bisa dan masih jijik dengan magot hahahaha.
  • Mengolah jelantah. Beberapa waktu lalu aku mengajukan diri untuk menjadi petugas pengepul minyak jelantah di RT, satu kenyataan bahwa ibu-ibu masih kurang aware dengan bahanya membuang minyak jelantah sembarangan dan betapa mebguntungkannya bila minyak jelantah diolah di tangan orang yang tepat.
minyak-jelantah
Mengelola minyak jelantah, dan membiasakan HABISKAN MAKANMU!
  • Mencoba mengurangi menggunakan motor. Satu kenyataan bahwa kubtermasuk yang gampang war wer war weer memana-mana menggunakan motor dibandingkan jalan kaki. Mungkin karena tak kuat dengan suhu panas, gang padahal apa yang kulakukan bisa semakin memperparah efek emisi karbon.
Dan beberapa hal yang masih ditahap belajar dan membiasakan. Upaya ini tentunya tak bisa jika dilakukan sendiri, #BersamaBergerakBerdaya jauh lebih terasa efeknya, meski memang di awal cukup sulit dilakukan, namun percayalah ini bisa menjadi langkah kecil #UntukmuBumiku supaya lebih baik, biidznillah.

Kalau boleh membuat kebijakan, jika boleh berandai.

Jika boleh berandai dan bisa membuat suatu kebijakan, mungkin akunakan memilih membuat kebijakan tentang "memilah milah sampah" aku merasakan manfaatnya bahwa titik awal memilah sampah bisa merubah sudut pandang kita, dari ekonomi bahkan sampai mempertimbangkan makanan apa yang baik dan kurang baik bagi tubuh.

“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? 
Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”

Related Posts

16 komentar

  1. Sejak pindah rumah ini aku jadi bingung kumpulin minyak jelantahnya. jaraknya jadi 10km kalo mau kumpulin ke tempat tinggal yg dulu huhu.. skrg agak susah jadinya mau diapainnn eh dikumpulin doang tp ngga ada yg ngepul :((( sosad

    BalasHapus
  2. Sederhana tapi dampaknya besar. Tips melakukan habit baik di atas seharusnya bisa diterapkan di setiap rumah ya Mba, sesederhana itu padahal huhuhu.

    BalasHapus
  3. Langkah kecil dari rumah ini penting dan harus dibiasakan dalam menjaga kelestarian lingkungan ya karena dengan langkah kecil diharapkan bisa berdampak pada keberlansungan alam

    BalasHapus
  4. Yes, Ibu adalah kunci, Ibu adalah tiang peradaban, karenanya dari langkah sederhana seorang ibu dan konsistensinya, bisa ikut bersama bergerak berdaya untuk bumi lebih baik lagi

    BalasHapus
  5. Bismillah, memilah sampah nih masih peer bgt, padahal ini salah satu langkah yang pengen aku lakuin buat keluarga. Semoga tahun ini segera tercapai

    BalasHapus
  6. Benar
    Ibu rumah tangga dengan langkah sederhana bisa Bantu selamatkan bumi ya mbak

    BalasHapus
  7. Masya Allah benar banget hal kecil bisa berdampak besar lho jika dilakukan secara rutin .

    BalasHapus
  8. kudu saling kontribusi utk bumi yg lebih nyaman dihuni ya.

    siapapun bs ambil peran dgn baik

    BalasHapus
  9. meski kecil dan di rumah aja, tapi kalau dimulai setiap hari itu dan orang lain mulai terinspirasi mudah-mudahan bisa makib berdampak bergerak bersama berdaya ya Mbak Sarah

    BalasHapus
  10. Semua bisa terjadi, dimulai dari unit terkecil yakni rumah tangga ya Mbak. Setuju banget dengan aksi pilah sampah mulai dari rumah. Andaikan semua bisa disiplin memilah sampah, pengelolaan limbah di TPA pun bisa jadi lebih mudah dan efisien. Dan tentu dampaknya juga kembali ke kita semua.

    BalasHapus
  11. setuju mbak untuk melindungi bumi harus dimulai dari keluarga dan ibu sebagai motor pengeraknya, karena ada banyak langkah kecil untuk melestarikan bumi di mulai dari rumah tangga.

    BalasHapus
  12. sebenarnya banyak ya mba yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan bumi dari rumah tangga, tapi saya masih kurang konsisten hiks.

    BalasHapus
  13. Sebagai ibu rumah tangga kita tetap bisa punya peran pada lingkungan ya Mbak. Aku juga mengumpulkan sisa makanan tuk dijadikan kompos. Tetapi yang mengolah adalah suamiku.

    BalasHapus
  14. Kemarin pas ibuku dateng juga ngajarin aku nih.. bikin pupuk dari cangkang telur.
    Alhamdulillah.
    Kini penyuluhan pilah pilih kelola sampah sudah ke beberapa tempat, sehingga ibu rumah tangga, tetap bisa melakukan hal terbaik untuk turut jaga bumi.

    BalasHapus
  15. Alhamdulillah sekatang udah mulai rajin pilah sampah, ngompos dn kurangin penggunaan plastik, cuma ya gitu ngga mudah, apalagi pas ke pasar, tukang sayur kadng otomatis kasih kresek. Hadeuh

    BalasHapus
  16. Di kampung saya, masing-masing RT aktif menghimbau warganya mengumpulkan minyak jelantah. Dan saya pun sudah mulai mencoba memillah sampah agar tak tercampur antara plastik dan yang mudah terurai

    BalasHapus

Posting Komentar